Biasanya hubungan limbah dan lingkungan selalu “tak akur”. Limbah seringkali dicap musuh lingkungan, karena keberadaannya seringkali “mengiritasi” lingkungan yang sehat. Namun siapa duga, bila penanganannya tepat, limbah malah jadi sahabat lingkungan.
Warga RT 07 di Kelurahan Gantung, Kota Bontang, sangat tidak nyaman setelah mendapat predikat label hitam dari pemerintah kota. Pemberian label itu disebabkan banyaknya permasalahan lingkungan yang muncul di daerah tersebut. Salah satunya permasalahan sampah. Sampah yang menumpuk di beberapa titik kerap mengundang penyebaran penyakit seperti scabies. Bencana sampah ini perlahan tapi pasti tak hanya mengancam lingkungan melainkan juga warganya.
Kondisi yang memprihatinkan ini lantas menarik perhatian PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk turut memberikan solusi. Hal itu karena wilayah operasional perusahaan pun terletak di kota yang sama. Berangkat dari situasi ini, PT PKT mencanangkan program Kompos Berbasis Masyarakat. Tujuannya, agar masyarakat bisa memanfaatkan sampah organik menjadi kompos yang bermanfaat bagi tanaman.
Sejak dibentuk pada 2014, kelompok binaan PT PKT yaitu Kelompok Mekarsari memanfaatkan daun-daun kering dan limbah rumah tangga untuk dijadikan kompos. Anggota kelompok yang semuanya ibu-ibu rumah tangga mendapatkan dampak positif dari kompos ini. Kompos yang telah jadi bisa dijual sehingga bisa menambah pemasukan bagi ibu-ibu tersebut. Tak hanya kompos, produk lainnya adalah pupuk organik cair dan ke depannya ada inovasi produk seperti sekam bakar dan media tanaman.
Dedaunan kering diolah menjadi kompos sementara limbah rumah tangga diproses untuk pupuk organik cair. Hingga kini anggota kelompok mencapai 23 perempuan yang mampu mengolah 550 kg limbah rumah tangga per bulan. Sementara sampah organik (dedaunan) per bulannya mampu dijadikan 6 ton kompos. Yang mencengangkan terdapat 2.530 orang penerima manfat dari program ini.