banner
Ilustrasi Kepercayaan. Grafik : Getty Images
Wawasan

Tabungan Kepercayaan

1281 views

Oleh: Asmono Wikan*

“Tabungan kepercayaan tak akan meruntuhkan dirimu meski dikikis perlahan-lahan setiap hari. Karena kepercayaan itu kau bangun untuk kemaslahatan bersama, bukan untuk menebar citra.”

MajalahCSR.id – Kepercayaan itu modal utama bagi siapapun. Individu maupun organisasi. Kepercayaan adalah hasil dari jerih payah men-deliver niat dan kerja-kerja baik kepada orang lain (baca: Publik). Kepercayaan, adalah vonis positif publik kepada organisasi dan pemimpinnya. Karenanya, pantas selalu dipertahankan. Organisasi dan pemimpin yang memiliki tabungan kepercayaan besar, bukan berarti tidak bisa terkikis oleh krisis. Sudah pasti bisa. Karena krisis mengintai setiap saat.

Yang membedakan sebuah organisasi atau korporasi level krisisnya berkelanjutan atau lekas selesai, salah satunya adalah akibat investasi kepercayaan dari publik yang sudah lama dinikmati. Banyak cara membangun kepercayaan publik. Dalam ranah komunikasi dan public relations (PR), dikenal ada program corporate social responsibility (CSR). Atau ada yang menyebutnya sebagai tanggung jawab sosial. Apapun namanya, program-program seperti itu adalah investasi untuk mengulik kepercayaan dari publik.

Jika program-program semacam dirancang dengan tepat, sesuai kebutuhan, menarik, lalu dikomunikasikan dengan baik dan dilakukan secara tepat, relevan, dan berkelanjutan, umumnya publik akan dengan sukarela mengganjar dengan kepercayaan mereka. Semakin lama tabungan seperti ini kian banyak, maka korporasi atau organisasi akan mampu memanfaatkannya untuk “melindungi” dari potensi krisis.

Ada banyak kisah kita dengar tentang beberapa merek produk kenamaan yang tidak rusak berkepanjangan ketika mengalami krisis. Saat krisis terjadi, tentu kritik bertubi bahkan makian akan menyerang brand tersebut. Namun, mengapa eskalasi krisis itu tidak berkepanjangan? Tak lain karena investasi kepercayaan yang telah dinikmatinya dari publik selama ini, melalui berbagai program yang berdampak sosial kuat dan dikomunikasikan dengan baik. Publik justru tampil menjadi pelindung (guardian). Dengan beragam cara. Tampil membela merek produk itu, karena telah memberi (benefit) bagi publik selama ini. Publik percaya, bahwa (merek) perusahaan itu baik.

Bukan Menebar Citra

Bayangkan jika Anda tidak pernah berbuat baik dan berkomunikasi kepada publik. Saat krisis menerpa, sulit rasanya mengelolanya dengan memadai. Karena Anda tidak memiliki aset atau tabungan kebaikan-kebaikan di tengah masyarakat. Adalah benar kata banyak pakar, bahwa tidak cukup saat ini korporasi dan organisasi beroperasi hanya sekadar mengejar profit, namun miskin menebar balas budi kepada publik. Terlebih di masa-masa sulit atau krisis seperti yang terjadi saat ini, pandemik COVID-19.

Dengan tipikal seperti itu, perusahaan atau organsiasi selalu memenuhi kebaikan dan mengomunikasikannya dengan tepat kepada publik, jika terjadi krisis, sudah jauh lebih siap menghadapinya. Bukan sekadar siap dengan protokol penanganan krisis, melainkan kesiapan tabungan kepercayaan tadi.

Sehingga krisis yang menerpa organisasi dengan pemimpinnya atau korporasi dan individu, tidak serta merta akan meruntuhkan eksistensi mereka. Semua itu karena kepercayaan yang diraih tidak dimulai dari sekadar menebar citra, melainkan benar-benar karena kerja-kerja yang tulus yang dirasakan bermaslahat bagi publik.

Jika Anda ingin selamat setiap meniti krisis, pastikan tabungan kepercayaan publik Anda sudah cukup tebal. Tabik!

*Penulis adalah Direktur Utama PT Dasa Strategik Indonesia/Dasa Strategic Communication, dan MajalahCSRid

banner