banner
Ilustrasi bank sampah. Foto : besowo-jatirogo.desa.id
Wawasan

Lebih Baik Hidup Dari Sampah, daripada Hidup Menjadi Sampah

890 views

MajalahCSR.id – Program bank sampah merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah secara kolektif dengan prinsip daur ulang. Metode ini telah terbukti meningkatkan nilai ekonomis dari sampah yang selama ini dinilai sebagai kotoran yang harus dienyahkan sesegera mungkin. Dalam sistem ini masyarakat dapat bertindak sebagai pengurus atau nasabah. Keuntungan yang diterima oleh nasabah bank sampah akan berupa tabungan bernilai rupiah atas seluruh sampah pilahan yang ditabung dalam bank sampah. Dengan sistem sederhana ini tentu bank sampah akan dapat memberi dampak positif bagi lingkungan dan meningkatkan perekonomian dalam lingkup komunitas.

Infografis cara pengolahan limbah plastik.

Bank sampah juga tergolong dalam kategori social enterprise. Alasannya, bank sampah menjadi wadah bagi pelaku usaha sosial di Indonesia untuk menggagas, memimpin dan melaksanakan strategi pemecahan masalah sosial secara inovatif melalui kerja sama dalam semua jenis jaringan sosial, serta menjalankan kegiatan usaha yang bernilai sosial di lingkungan masyarakat. Kegiatan ini tidak mungkin dilaksanakan, jika tujuannya hanya profit.

Sebagai alat tukar

Mengelola bank sampah haruslah disertai oleh misi sosial. Dalam hal ini kebersihan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya yang tak dimanfaatkan dengan baik sebelumnya. Sebab, sampah sebetulnya memiliki nilai ekonomi yang terbuang bila dihancurkan atau dimusnahkan. Limbah dapat diolah menjadi energi baru dalam berbagai bentuk. Misalnya, aneka kerajinan tangan atau pupuk kompos.

Semakin berkembangnya bank sampah di Indonesia mendorong banyak aksi sosial, kesehatan dan lingkungan yang menggunakan sampah sebagai alat pertukaran jasa sampai barang. Dokter Gamal Albinsaid di Malang yang menginisiasi Klinik Asuransi Sampah di mana nasabahnya dapat perawatan kesehatan primer, cek darah standar, obat-obatan hingga konsultasi kesehatan, dengan menyetorkan sampah yang bisa didaur ulang sebagai bentuk pembayaran premi asuransi.

Infografis komposisi sampah plastik lokal dan global.

Selain itu, ada inovasi lain yang datang dari Pemerintah Kota Surabaya melalui sarana transportasi umum bernama Suroboyo Bus. Keistimewaan moda transportasi ini adalah selain mengurangi tingkat kemacetan, juga dapat mengurangi sampah yang tak terkelola, karena pembayarannya dapat menggunakan sampah plastik. Penumpang hanya perlu membayar menggunakan sejumlah wadah plastik air minum dalam  kemasan untuk dapat melakukan perjalanan sesuai tujuan.

Kisah bank sampah

Kesuksesan bank sampah diawali oleh inisiasi Bambang Suweda di Bantul, Jawa Tengah sekitar tahun 2008. Semangat baik ini tersebar luas di seluruh Indonesia, yang awalnya satu unit hingga saat ini menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat 11.566 unit bank sampah yang berada di 363 kabupaten/kota di Indonesia. Angka itu menunjukkan penambahan sekitar 3.500 unit sejak 2016 Rincian dari pencapaian sejauh ini adalah pengurangan sampah di seluruh kabupaten/kota mencapai 13,49 persen dari target 30 persen dan upaya penanganan 42,47 persen dari target 70 persen pada 2025.

Infografis sampah plastik lokal.

Target itu telah ditetapkan di Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.  Bank sampah mendorong upaya pengurangan sampah di sumber dan mengubah cara pandang sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.

Pemahaman soal sampah perlu ditingkatkan

Pemahaman masyarakat di Indonesia tentang pengelolaan sampah sangat perlu untuk ditingkatkan. Perilaku masyarakat di Indonesia cenderung masih saja monoton pada pola kolot kumpul-angkut-buang. Artinya, sampah dikumpulkan di TPS, diangkut untuk kemudian dibuang ke TPA. Makin hari kapasitas TPA akan semakin menurun, tentu tak akan bisa diandalkan terus menerus untuk jangka panjang. Apalagi dalam kondisi seluruh jenis sampah yang tercampur tanpa pemilahan. Ada lagi pola yang lebih tak masuk di akal, polanya yaitu membuang sampah pada TPS liar, seperti lahan kosong, drainase, irigasi, sungai dan bukan tidak mungkin semua itu akan berakhir di laut, menimbulkan pencemaran yang lebih besar dan akan sulit untuk dikontrol.

Infografis jumlah limbah plastik di lautan.

Sebagai pengguna aktif media sosial, kita pasti tak asing dengan video ataupun gambar lautan dipenuhi oleh sampah, hewan-hewan laut mati terdampar, dan ironisnya dalam perut mereka ditemukan banyak sampah plastik. Ada juga video sekitar 6 tahun lalu, ketika seorang ahli biologi laut berusaha mengeluarkan sedotan plastik yang tersangkut di hidung penyu. Darimanakah sumber segala permasalahan sampah yang saat merugikan ini? Tentu dari lalainya kita dalam hal pengelolaan sampah.

Konsentrasi sampah di bumi ini makin hari makin bertambah, yang bertolak belakang dengan laju pengelolaan yang bertanggungjawab. Lantas apa saja yang dapat kita lakukan untuk melakukan pengelolaan sampah yang bertanggungjawab. Tentu tak lepas dari 3R reduce, reuse & recycle. Dan ketiga solusi ini akan menjadi solusi terbaik bila diterapkan secara beriringan. Bisa bayangkan manfaat yang didapat bila kita dapat mengurangi penggunaan sampah harian. Sebagai manusia yang berakal harusnya bisa dengan mudah kita menyadari bahwa dunia sekarang tidak sedang baik-baik saja, kabar kita mungkin baik, tapi tidak dengan bumi tempat kita tinggal sekarang.

Kita sudah seharusnya berani melakukan perubahan dalam diri, mengajak orang lain untuk ikut berubah ke jalan baik pula dalam memahami dan mengelola sampah secara holistik dan komprehensif.

Perubahan sikap masyarakat

Seiring kondisi pandemi Covid-19 saat ini, pola kebiasaan yang dulu sering dilakukan pra pandemi mengalami perubahan. Semoga perubahan tersebut termasuk perubahan positif dalam hidup kita. Pandemi ini bisa jadi momentum baik bagi kita semua untuk memulai kebiasaan baru, memilah sampah contohnya. Konsep pemilahan sampah bisa dibilang cukup mudah, sedangkan penerapannya yang sulit, untuk konsisten apalagi, tapi tentu bukan berarti tak bisa.

Infografis jumlah sampah plastik di Indonesia.

Pemilahan sampah sederhana, cukup sediakan dua wadah sampah di rumah, kantor ataupun tempat usaha, pisahkan sampah organik dan non organik. Secara umum sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup dan dapat dengan sendirinya terurai kembali oleh alam, sedangkan sampah non-organik adalah sampah yang berasal dari bahan hasil olahan manusia.

Banyak sekali alternatif bagi pengelolaan sampah selain membuangnya langsung ke TPS tanpa dipilah. Bisa dengan membuat lubang biopori sendiri di halaman rumah untuk sampah organik, atau membuat wadah penampungan sampah organik yang bisa bisa dijadikan kompos, jenis soft plastik dari sisa-sisa plastik makanan kemasan bisa dijadikan ecobrick atau sampah plastik lain yang telah dipilah di rumah tangga, kantor maupun tempat usaha bisa ditabung di bank sampah.

Penyelesaian masalah sampah tidak bisa mengandalkan petugas kebersihan saja, seluruh elemen masyarakat, pemerintah daerah serta pusat harus bahu membahu dalam mengatasi masalah ini. Salah satunya dalam bentuk sebuah Bank Sampah. Sebuah solusi sistem yang mampu mengelola sampah dengan menampung, memilah dan mendistribusikannya ke fasilitas pengolahan sampah yang lain dalam skala industri yang lebih besar. Dengan demikian, sampah pada TPA dapat berkurang. Tak ada lagi TPS liar di sungai, jalan atau juga sampah yang berserakan di sembarang tempat. Lingkungan akan menjadi lebih asri dan sehat untuk seluruh penghuni bumi.

 

Artikel ini ditulis oleh Ruhma Ruksalana H., seorang penggiat organisasi lingkungan, di Invest Islands Foundation, dan redaksionalnya sudah mengalami penyesuaian oleh tim redaksi.

banner