banner
Ilustrasi pencemaran di perairan. Foto : LOVRO77E/GETTY IMAGES PLUS
Liputan

Limbah Obat yang Cemari Air Bisa Picu Pandemi Baru

547 views

MajalahCSR.id – Masa pandemi COVID-19 mendorong meningkatnya konsumsi obat di mana-mana. Selain untuk menerapi penyakit, ada dampak buruk dari obat, yaitu limbahnya. Menurut studi yang diliput oleh jurnal “Proceedings of the National Academy of Sciences”, obat dan bahan farmasi lain menjadi polutan sungai-sungai di seluruh dunia yang mengancam lingkungan bahkan kesehatan manusia. 

Studi ini menemukan keberadaan lebih dari 61 kandungan aktif bahan farmasi (active pharmaceutical ingredients/APIs) di lebih 104 negara. Melansir dari Inhabitat, Selasa (15/2/2022), lebih dari 100 kawasan diteliti termasuk 258 sungai yang melintasi berbagai benua. Dari semua kawasan terperiksa, hanya Iceland dan desa terpencil di pelosok Venezuela, yang masyarakatnya mengandalkan pengobatan tradisional, terbebas dari polutan zat farmasi.

Material zat yang sering ditemukan terkait APIs adalah kandungan carbamazepine (obat anti epilepsi), metformin, dan kafein. Ketiganya muncul pada setidaknya separuh dari kawasan yang diteliti. Di sisi lain, jejak antibiotik pun ada setiap satu dari lima lokasi riset/survei dalam konsentrasi yang berbahaya. Dari mayoritas lokasi survei, setidaknya satu APIs terkonfirmasi dalam level yang mengancam lingkungan sekitarnya. 

Lokasi-lokasi yang disebutkan berkondisi level APIs ekstrim terdapat di Lahore, Pakistan, Addis Ababa di Ethiopia, dan kota La Paz, Bolivia. Ibukota Spanyol, Madrid, termasuk di antara 10% kelompok kota teratas yang perairannya berkandungan limbah obat dan farmasi yang tinggi.  Riset dipimpin oleh John Wilkinson dari Universitas New York, dan dibantu oleh 127 periset dari 86 institusi.

“Badan kesehatan dunia (WHO), Perserikatan Bangsa-bangsa,dan lembaga kesehatan lainnya, menegaskan bahwa resistensi antimikroba merupakan ancaman besar bagi manusia, dan dikhawatirkan jadi pandemi berikutnya,” terang Wilkinson. “Sebanyak 19% dari total wilayah perairan survei, mengandung konsentrasi antibiotik mencapai level yang kami perkirakan bisa memicu bakteri mengembangkan sistem resistensinya.” 

banner