Jakarta, MajalahCSR.id – Inilah lanjutan jenis sektor industri yang disebut sebagai pencetus emisi terbesar saat ini atau di tahun 2022. Seperti yang dikutip dari Inhabitat dari The Eco Exprets, setelah industri teknologi dan fesyen, berikut deretan selanjutnya yang emisinya makin besar sesuai angka peringkat.
5 – Retail makanan
Prosedur rantai pasok pangan, terutama pengemasan, transportasi, hingga retail, adalah penghasil 3,4 miliar ton gas rumah kaca per tahun ekuivalen. Penyebab utamanya ada dua, yaitu konsumsi energy dan kemasan plastik.
Penggunaan energi toko groseri atau swalayan sangat signifikan, di mana 50-60% di antaranya hanya untuk kebutuhan pendinginan. Tiap tahun, sebuah supermarket rata-rata akan memakai 3.300 ton konsumsi energi ekuivalen termasuk di dalamnya kebocoran pendinginan. Transportasi sumber pangan non lokal juga termasuk penyumbang emisi industri ini.
Sementara itu, pengemasan plastik juga menyumbang emisi karbon. Kala menjadi limbah, plastik akan mencemari lingkungannya dengan partikel mikroplastik. Selain menimbulkan masalah bagi organisme hidup, hal ini juga menganggu rantai makanan.
Belanja sumber pangan lokal dan memakai kantung belanja yang bisa kembali digunakan adalah dua cara untuk menimilasisasi jejak karbon. Bila memungkinkan, belanja di toko pangan yang menerapkan prinsip berkelanjutan merupakan hal yang lebih baik lagi.
4 – Pertanian
Aktivitas pertanian selama ini ternyata juga mendatangkan emisi gas rumah kaca (GRK). Diperkirakan kegiatan bercocok tanam menyumbang 8,5% dari jumlah total emisi dalam setahun, atau lebih kurang 6,4 miliar ton emisi GRK ekuivalen. Pada prosesnya, kegiatan menebang, dan membakar lahan untuk mempersiapkan area penanaman memproduksi 14,5% emisi. Aktivitas tersebut mencemari ekosistem dan menghilangkan ribuan pohon yang sebenarnya menampung gas CO2.
Terbaru, populasi global hewan ternak mencapai 3 kali lipat dari jumlah manusia. Hal ini guna mencukupi kebutuhan konsumen susu dan daging di dunia. Sebuah riset yang digelar Universitas Oxford, jumlah emisi dari konsumen daging adalah dua kali lipat dibanding pelaku vegetarian dan jumlahnya 2,5 kali lipat dari vegetarian.
Membatasi produk hewani (di luar serangga) dapat mengecilkan beban planet ini. Selain itu, lebih bijak apabila mengonsumsi daging (bila tetap dilakukan) yang berasal dari sumber lokal yang tak membutuhkan proses pengiriman yang panjang agar terhindar dari emisi akibat proses pengiriman di transportasi.
3 – Konstruksi
Tak pelak lagi, sektor konstruksi adalah salah satu industri yang paling polutif dan berkontribusi terhadap aneka jenis polusi. Produksi emisinya mencapai 6,9 miliar ton GRK ekuivalen dalam satu tahun. Aspek yang paling parah dari industri ini adalah eksploitasi material mentah, yang 25% di antaranya terbuang setiap tahun. Konstruksi juga bertanggung jawab atas aktivitas penambangan hingga setengah dari material alami di dunia, dan seperenam dari total penggunaan sumber air.
Sementara itu limbah tahunan dari industri konstruksi adalah seperempat atau 25% dari limbah bumi secara keseluruhan. Alhasil, air, udara, dan tanah menjadi media yang tercemari dan pada akhirnya mengancam mahluk hidup di ekosistem lingkungan. Mengupayakan penanaman lahan di area urban dan suburban menjadi cara tepat untuk upaya mengintensifkan penyerapan karbon sekaligus menyelamatkan tanaman endemik di suatu wilayah.
2 – Transportasi
Di posisi kedua ada sektor transportasi yang menciptakan 20% emisi dari keseluruhan emisi global. Ini setara dengan volume 9,3 miliar ton GRK per tahun! Emisi dari transportasi tersebut merupakan gabungan dari kendaraan bahan bakar fosil jalan raya, pesawat, kereta, dan kapal.
Meskipun penerbangan menjadi lebih mudah diakses penumpang di seluruh dunia, namun cukup mengejutkan bila pesawat penumpang hanya menyumbang 11,6% saja dari emisi moda transportasi. Sementara itu kendaraan jalan raya mencatat emisi hingga 74,5% dari total emisi karbon sektor transportasi, terlebih bagi mereka yang punya kendaraan pribadi. Memaksimalkan kendaraan publik, bersepeda, atau berjalan kaki, untuk jarak yang dekat, dapat membatasi emisi di sektor ini.
1 – Energi (listrik dan pemanas)
Tidak mengejutkan memang jika sektor energi menempati puncak penghasil emisi GRK di dunia. Menggunakan sumber energy yang tak terbarukan seperti batubara, minyak, dan gas untuk kebutuhan energi melepas setidaknya 17,5 miliar ton emisi karbon GRK ekuivalen ke atmosfir.
Kita mengonsumsi energi nyaris di segala aktivitas dalam kehidupan. Mulai dari mengisi ulang daya alat komunikasi atau ponsel, untuk perangkat pengatur suhu, sampai pada kebutuhan operasional pabrik dan industry besar. Selain menimbulkan polusi udara, limbah beracun dan insiden minyak tumpah juga mencemari darat dan perairan.
Patut disayangkan, dibandingkan upaya untuk melakukan transisi secara fokus pada opsi energi yang lebih hijau, penggunaan bahan bakar fosil masih jadi primadona. Namun demikian, masih ada aksi yang bisa dilakukan. Memakai piranti yang lebih ramah energi dan/atau jika memungkinkan menggunakan sumber energi terbarukan untuk kebutuhan sehari-hari adalah salah satu solusinya. Turut mendukung kampanye menentang perusahaan besar yang ngotot memakai energi fosil adalah cara lain yang juga bisa membantu.
Kesimpulan
Masih banyak aksi yang perlu dilakukan demi mengurangi emisi GRK di ketujuh sektor industri di atas. Tentunya, mengurangi emisi dari kegiatan berskala besar semisal korporasi, hingga skala kecil di tatanan konsumen, menjadi hal yang patut dilakukan dan tak terhindarkan. Untuk mendukung semua perubahan menjadi lebih baik, kita sendiri harus mulai berubah sehingga berbuah positif bagi kita dan lingkungan.