Jakarta, MajalahCSR.id – Aspal atau bitumen hingga saat ini masih cukup populer sebagai material pembuatan jalan di Indonesia. Meskipun di sejumlah ruas jalan, terutama jalan bebas hambatan, aspal sudah digantikan oleh material beton, namun tidak demikian di jalanan lain terutama dalam kota.
Aspal adalah senyawa hidrokarbon dan ada kandungan lain di dalamnya semisal sulfur, oksigen, dan klor. Populernya aspal ini juga mendorong sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat inovasi. Empat orang mahasiswa dari Program Studi Teknik Sipil, ITB, mendesain lapisan aspal yang lebih ramah lingkungan, karena terbuat dari limbah plastik dan sabut kelapa.
Keempatnya, Romi Putra Radiansyah, Ilyas Bianto, Octaviani Nur Rahmawati, dan Dewangga Syahputra sukses mengembangkan aspal yang selain bermanfaat secara infrastruktur, juga mampu mengurangi limbah plastik dan emisi karbon.
Tingginya angka kecelakaan di jalan (karena struktur aspal kovensional yang mudah rusak), ongkos perawatan jalan yang tinggi, serta ide mengolah limbah plastik jadi lebih bermanfaat, menjadi alasan keempat mahasiswa ITB ini dalam mengembangkan penelitiannya.
Adapun limbah plastik yang digunakan berjenis high density polyethilene (HDPE). Sementara untuk campuran organiknya adalah bubuk sabut kelapa. Adanya campuran bahan-bahan ini diklaim lebih bisa memberi daya tahan yang lebih lama pada lapisan aspal dibandingkan campuran konvensional. Alhasil dari sisi ongkos pemeliharaan sarana jalan pun jauh lebih murah. Selain itu, lapisan aspal campuran ini punya tingkat kekesatan yang tinggi sehingga dampak potensi kecelakaan jadi lebih rendah karena daya cengkram yang kuat pada roda kendaraan.
“(Dampak) Kedua, pengurangan limbah berkaitan dengan dampak sosial,” cetus Romi, anggota tim seperti dilansir dari laman ITB. Jadi, bagi para pengepul limbah plastik, mereka bisa mendapat nilai ekonomi dari limbah yang dikumpulkannya yang akan dijadikan material lapisan aspal.
Penemuan inovatif ini pula yang mengantar keempat mahasiswa tersebut yang tergabung dalam tim Kuy (a+1) sukses meraih penghargaan di ajang Think Efficiency 2022 pada kategori sustainability atau keberlanjutan, yang diinisiasi Shell Indonesia dan Energy Academy Indonesia (ECADIN). Penemuan mereka ini mampu mengalahkan ratusan peserta mahasiswa lainnya dari seluruh Indonesia.