MajalahCSR.id – Selain katun dan denim, banyak alternatif pilihan bahan busana favorit yang biasa dipakai. Sebut saja bahan kulit yang lebih ‘everlasting’. Kira-kira kulit apa saja yang biasa dijadikan bahan busana? Sapi? Domba? Buaya? Ular?
Pada umumnya bahan kulit diambil dari hewan. Berbeda dengan dua pengusaha asal Meksiko ini, Marte Cázares dan Adrián Lopez. Marte dan Adrian justru membuat bahan kulit untuk busana dari tanaman kaktus! Kulit nabati ini diambil dari kaktus jenis Opuntia. Ciri daun kaktusnya seperti centong, membulat.
Marte dan Cazares tadinya berprofesi sebagai pekerja di perusahaan furnitur, lalu pindah ke bidang otomotif. Setelah melihat kerusakan lingkungan dan polusi yang terjadi saat berkecimpung di pekerjaan sebelumnya, mereka memutuskan berhenti bekerja. Kedua sekawan ini lantas memanfaatkan kemampuan mereka dalam desain untuk mengembangkan produk bahan kulit dari kaktus yang dinamai Desserto.
Lewat perjuangan dan tekad kuat, keduanya sukses mengembangkan Desserto dan tentu saja menjadikan mereka kaya raya. Marte dan Adrian kini punya penangkaran khusus kaktus Opuntia di Zacatecas, barat laut Meksiko City. Pekerja biasanya memanen kaktus setiap 6 sampai 8 bulan sekali. Hanya daun kaktus dewasa yang diambil untuk diproses.
Pohon kaktus yang ditanam disebut “perennial plants’, artinya mereka hanya menanam satu kali kaktus untuk bisa diambil hasilnya bertahun-tahun, tulis intelligentliving. Biasanya kaktus Opelia bertahan hidup hingga 8 tahun.
Setelah daun matang diambil, para pekerja akan menjemurnya di bawah sinar matahari selama 3 hari hingga dicapai kelembaban yang tepat. Tak ada sumber energi lainnya selama proses ini, hanya melalui pengeringan alamiah.
Proses produksi bahan kulit kaktus ini punya banyak keunggulan, termasuk tidak membinasakan mahluk hidup lazimnya kulit dari hewan. Selain itu juga tidak rakus sumber daya lain seperti air dalam prosesnya. Bahkan dalam perawatan tanaman, Marte dan Adrian sama sekali tidak memakai sistem irigasi. Air untuk mengairi tanaman ini hanya bersumber dari air hujan.
Dalam setiap 1 kilogram material kulit yang dihasilkan, hanya dibutuhkan 200 liter air. Sangat kontras bila dibandingkan tanaman lain seperti jagung, yang perlu 1 kilo liter untuk 1 kilogram panen bahan padatnya. Dua ratus liter air juga dinilai sangat irit dibanding kebutuhan membuat satu pasang sepatu kulit yang butuh dua ribu galon air.
Kehadiran Desserto pun disambut baik oleh dunia fesyen. Saat diwawancarai FashionUnited, keduanya mengaku, pasar Eropa sudah siap menerima produknya. Mereka menyimpulkan itu usai mengadakan pameran di Milan pada 2019. Para kritikus fesyen memuji Desserto yang dinilai fleksibel dan teksturnya yang lembut. Mereka berencana memasarkan bahan kulit tersebut sebagai bahan baku sepatu, dompet dan busana untuk industri fesyen terkemuka.