Jakarta, MajalahCSR.id – Make Sunsets, startup di bidang geoengineering mengaku meluncurkan balon udara untuk menebarkan partikel sulfur di lapisan stratosfir. Ini dimaksudkan untuk memantulkan kembali sebagian sinar matahari demi membantu mendinginkan bumi. Namun demikian, banyak ilmuwan yang kurang sepakat atas keputusan perusahaan ini memakai cara yang tak biasa.
Geoengineering adalah bidang ilmu yang mencari cara untuk memanipulasi iklim. Pada konteks ini, merujuk pada partikel sulfur yang ditebar ke udara meniru erupsi vulkanik. Saat gunung berapi meletus, ia melontarkan sejumlah besar partikel sulfurnya yang berakibat pada efek pendinginan suhu, karena berhasil memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa.
Dilansir oleh Inhabitat dari MIT Technology Review, seperti halnya kelompok peduli iklim, Luke Iseman, pendiri dan CEO Make Sunsets, mencemaskan bahaya pemanasan global, sehingga ia merasa perlu mengambil tindakan secepatnya. Terlebih dirinya melihat adanya potensi ekonomi dari upayanya tersebut: kredit karbon.
Melalui websitenya, Iseman mengajak siapapun untuk membeli kredit karbon miliknya senilai USD10 atau lebih kurang Rp 155.600,00. Namun, sejauh ini Make Sunsets belum terlihat melakukan apapun. Iseman sendiri mengklaim, pihaknya telah meluncurkan 2 balon udara helium, masing-masing mengangkut beberapa gram sulfur dan meledakkannya (agar partikel sulfur tersebar) di kawasan Kalifornia, AS, pada April tahun lalu.
Pertanyaannya, apakah sulfur itu berhasil menurunkan suhu? Siapa yang bisa memastikan ini berhasil? Merujuk pada minimnya pengawasan, masih menjadi pertanyaan besar apakah balon yang diklaim telah diluncurkan itu sudah diledakkan, bahkan apakah telah berhasil memantulkan sinar matahari? Belum diketahui pasti proses dan hasilnya.
“Proses ini sudah masuk ke dalam wilayah keilmuan,” kata Iseman, seperti yang diungkap MIT Technology Review. “Pada dasarnya, ini sudah dikonfirmasi bahwa pihak kami mampu melakukannya.”
Ucapan Iseman memang kurang meyakinkan untuk sebuah eksperimen ilmiah yang memiliki dampak yang buruk atau baik. Namun demikian, pakar solar geoengineering, David Keith, mengungkapkan, jumlah partikel sulfur yang dibawa balon udara seperti yang diklaim Iseman (lebih kurang 10 gram) tak membahayakan lingkungan. Sebenarnya, penerbangan komersial mampu menumpahkan jumlah partikel sulfur sepuluh kali lipat (dibanding balon tersebut) dalam satu menit.
Yang harus menjadi kekhawatiran dari semua itu adalah bahwa orang-orang berpikir tak masalah untuk melakukan cara ilmiah mereka dalam menangani masalah lingkungan, meskipun tanpa peraturan atau pengawasan ilmiah yang jelas. Seperti halnya Make Sunsets yang meragukan banyak pihak terkait caranya menjual kredit karbon walaupun tanpa kehadiran bukti ilmiah yang positif dari upayanya tersebut.
Itu sebuah contoh pebisnis swasta yang terlalu berlebihan mengklaim upayanya demi keuntungan kredit karbon dengan mengecilkan risiko lain. Seperti yang dikatakan Keith, “Startup yang melakukan ide-ide tersebut (tanpa riset ilmiah mumpuni) adalah sebuah kesalahan.”