banner
Aktivis lingkungan Just Stop Oil beraksi di depan replika lukisan sejarah karya Leonardo da Vinci, The Last Supper di Royal Academy of Art, London. Foto : Kristian Buus/In Pictures via Getty Images
Ragam

Aktivis Iklim Protes Lewat Lukisan The Last Supper

297 views

Jakarta – MajalahCSR.id – Sekelompok aktivis iklim menyerukan protes mereka pada Pemerintah Inggris dengan cara yang tak biasa. Lima orang aktivis yang menamakan gerakan mereka “Just Stop Oil” nekad merekatkan diri mereka pada replika lukisan karya Leonardo da Vinci yang berumur 500 tahun, The Last Supper, di Royal Academy of Art di London, Inggris. Aksi mereka tak sampai di situ, di bawah lukisan, dengan memakai cat semprot, mereka membubuhkan coretan, “No New Oil” atau “Tanpa Bahan Bakar Baru”.  

Melansir dari NPR, Selasa (5/7/2020), aktivis Just Stop Oils selama ini berupaya mendesak Pemerintah Inggris untuk mengambil tindakan agar membenahi emisi di negara tersebut. Salah satu aksinya dengan menyerukan pemimpin negaranya agar berkomitmen untuk mengakhiri perijinan baru pada tambang minyak dan gas secepatnya. Mereka juga mencari dukungan dari institusi seni dan pihak lainnya agar mendukung aksi damai mereka.  

Sebelumnya, mereka pun melakukan aksi yang sama, yaitu merekatkan badan mereka pada gambar dan lukisan di museum dan galeri seni lain di sejumlah tempat di Inggris raya, termasuk di kota Glasgow, Manchester, dan London. Di antara sejumlah tempat yang biasanya menjadi lokasi aksi mereka adalah Manchester Art Gallery dan Galeri Nasional di London.

Enam aktivis lain dari kelompok yang sama bahkan sebelumnya pernah ditangkap di sirkuit balap Silverstone. Aksi ini sebagai bentuk protes atas penyelenggaraan ajang balap Formula 1. Para aktivis itu pada kesempatan lain mengemukakan bahwa mereka menggunakan acara public sebagai lokasi kampanye mereka agar pemerintah segera mengambil tindakan. Target mereka yang lebih besar adalah menekan para pemimpin global untuk mematuhi Paris Agreement soal perubahan iklim dan masalah global lannya.

Sebelumnya, para pemimpin dunia menandatangani Paris Agreement atau Perjanjian Paris terkait iklim pada 2016 lalu. Isi perjanjian itu terutama soal persetujuan membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius di 2100. Agar hal ini tercapai, tiap negara ditantang untuk menerapkan solusi kebijakan dan praktis untuk menurunkan emisi karbon dan tindakan lain yang mempengaruhi iklim. Beberapa waktu lalu, sejumlah ilmuwan mengatakan jika dampak katastropik dari pemanasan global bisa dihindari, namun dunia tidak dalam langkah yang tepat guna mewujudkan target iklimnya.   

“Kita tak lagi punya waktu, untuk mengatakan apa yang kita lakukan merupakan pembohongan. Kita harus menghentikan pihak-pihak yang ingin membuka tambang minyak dan gas yang baru. Kita akan berhenti untuk melakukan aksi di institusi seni sepanjang pemerintah berhasil memberikan pernyataan yang berarti,” ucap Lucy Porter, 47, mantan guru sekolah dasar dari Leeds yang juga bagian dari pelaku aksi demonstrasi, seperti yang dikutip dari pernyataan yang dikeluarkan Just Stop Oil.  

Pihak museum The Royal Academy, belum merinci kerusakkan apa yang terjadi pada lukisan warisan dunia tersebut.   

banner