Jakarta, MajalahCSR.id – Artikel ini merupakan bagian kedua dan kelanjutan dari bagian pertama yang mengungkapkan laporan terkini seputar perkembangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainability Development Goals (SDGs) yang menginjak tepat tujuh tahun pada 25 September 2022 kemarin menuju target tahun 2030 mendatang. Seluruh isi tulisan diambil dari laporan terkini yang diungkap oleh Inhabitat dari artikel Perserikatan Bangsa-bangsa.
- Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi/Economic growth and employment
Inflasi, perubahan lingkungan pekerjaan, dan isu rantai pasok terus makin mengemuka dan menyebabkan angka pengangguran dan kemiskinan yang meninggi dibandingkan sebelum kondisi pandemic.
- Industri, inovasi, dan infrastruktur/Infrastructure, industrialization, and innovation
Industri manufaktur mulai pulih dari kondisi pandemi, namun ada pengecualian di mana di negara berkembang terjadi peningkatan ketidaksetaraan. Pada kenyataannya, total pekerja di manufaktur mengalami penyusutan hingga sepertiga dari kondisi pra pandemi. Di sisi lain, industri kecil terus berupaya bertahan untuk menghasilkan laba dan kesempatan mengakses permodalan.
- Berkurangnya kesenjangan/Inequality within and among countries
Masih dalam laporan sama, banyak negara mengalami celah kesetaraan yang kian besar seiring jumlah pengungsi, angka kematian warga migran, dan diskriminasi yang juga mengalami peningkatan.
- Kota dan pemukiman yang berkelanjutan/Urban development
Upaya perencanaan penanganan terhadap risiko bencana dalam kurun 7 tahun terakhir nyaris terjadi 2 kali lipat oleh karena peningkatan populasi manusia yang memicu permasalahan limbah yang makin besar. Transportasi publik global bahkan dinilai tidak konsisten dalam menangani warga dunia, padahal menurut WHO, 99% jumlah populasi masyarakat urban identik dengan polusi udara.
- Konsumsi dan produksi berkelanjutan/Sustainable consumption and production
Limbah makanan selama ini adalah isu utama yang berkembang di dua sektor, yaitu pertanian dan konsumen pangan. Pada kasus lain, Amerika Utara dan Eropa mampu mendaur ulang limbah elektronik nyaris 48%, yang mana di negara berkembang kemampuan daur ulangnya kurang dari 2%. Pada konteks konsumsi, kita masih mengandalkan sumber alam yang kebutuhannya terus meningkat sambil terus mempraktikan pola konsumsi produk yang anti keberlanjutan.
- Penanganan perubahan iklim/Combat climate change
Kerusakkan gugusan batu karang, mencairnya daratan dan gunus es, air muka laut yang ketinggiannya terus meningkat, kekeringan, naiknya suhu gobal, serta bencana alam seluruhnya ada dalam prakiraan masa depan, baik dala periode pendek atau jangka panjang ke depan dan tanpa perubahan (menjadi situasi baik) yang berarti. Tahun 2021 kemarin bahkan tercatat sebagai konsumsi energi terbesar warga bumi yang identik dengan emisi karbon yang berdampak buruk pada lingkungan.
- Ekosistem lautan/Sustainable oceans
Laut sejatinya berfungsi menangkal emisi karbon dengan cara menyerapnya, sehingga udara pun jadi sehat dan bersih untuk dihirup. Namun, di sisi lain terjadi bencana bagi para hewan laut turut berjasa menangani karbon. Suhu laut yang menghangat, polusi plastik, dan penangkapan ikan yang sewenang-wenang menjadi penyebab bencana eksistensi hewan laut yang pada akhirnya mengurangi kemampuan serapan karbon yang balik mengancam kehidupan manusia.
- Ekosistem daratan/ Protect ecosystems
Pertanian, perkebunan, dan peternakan merupakan sektor yang bertanggung jawab terhadap 90% kerusakkan hutan di bumi. Lebih dari 40.000 spesies terkonfirmasi dalam ancaman kepunahan dalam 40 tahun ke depan. Keberagaman hayati terkena dampak negatif yang besar selama pandemi oleh karena para pemimpin dunia yang memprioritaskan manusia dan ekonomi. Sedikit kabar baiknya, nyaris setengah dari wilayah keberagaman hayati kini terlindungi.
- Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh/Sustainable development, justice, and inclusive institutions
Konflik kekerasan kian bertambah pada tingkatan lokal dan global, di mana seperempat penduduk dunia hidup dalam wilayah konflik. Dalam konteks positif, kasus bunuh diri secara gobal mengalami penurunan dalam 5 tahun program SDGs berjalan. Tetapi di sejumlah wilayah, satu pertiga dari warga dilaporkan merasa tak aman untuk keluar di malam hari, bahkan di sekitar tempat tinggal mereka.
- Kemitraan untuk mencapai tujuan/Global Partnership for Sustainable Development
Pada poin terakhir SDGs yang justru dilaporkan mengalami peningkatan secara positif. Kondisi pandemi selama 2 tahun berselang ini mendorong warga global untuk saling membantu satu sama lain, sehingga indeks kemitraan ini mengalami peningkatan yang tinggi. Akitivitas investasi global dan industri pengiriman jadi meningkat. Akses dan pemakaian internet pun melonjak. Namun sebaliknya, hutang negara berkembang di satu sisi, mengalami peningkatan di periode yang sama.
Kesimpulan
Laporan perkembangan SDGs yang disampaikan cenderung mengecewakan. Satu hal yang perlu dilakukan adalah untuk mencapai target 17 tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, maka yang dibutuhkan adalah upaya bersama yang tersinkronasi secara global dari seluruh lapisan masyarakat di dunia.