banner
Ilustrasi industri berkelanjutan. Grafis: Istimewa
SR Asia

Apa Sebenarnya Isi dari Sustainability Report?

586 views

Jakarta, MajalahCSR.id – Proses berjalannya bisnis yang berkelanjutan tak terlepas dari interaksinya yang baik dengan pemangku kepentingan. Bahkan program praktik keberlanjutan yang dituangkan dalam dokumentasi laporan selesai disusun, interaksi tetap ada melalui respon terhadap laporan tersebut yang diinisiasi perusahaan.

Laporan keberlanjutan berbeda dengan laporan tahunan atau laporan keuangan yang disusun berdasarkan interaksi kepentingan internal. Teknisnya yang lebih inklusif menyebabkan laporan ini punya daya tarik tersendiri di mata investor. Sustainability report merupakan pengejewantahan dari praktik standar perusahaan dalam investasinya yang terdiri dari tiga konsep elemen yaitu Environmental, Social, dan Governance atau ESG.

“Sustainability merupakan itikad baik sebuah perusahaan. Dulu sustainability ini area pembahasannya hanya sebatas community development, CSR (dan sejenisnya), namun sekarang sudah berubah karena sudah memasuki strategi bisnis perusahaan (melalui aspek ESG),” kata Wahyu Ristiani, Senior Sustainability Advisor Trisakti Sustainability Center. Ayu menyampaikan hal ini dalam diskusi webinar SR Asia Indonesia “Digging to the Root of Sustainability Report” seri kedua bertema “Sustainability Report? Why a hurly burly”, pada Rabu (21/12/2022).

Dalam proses bisnis, untuk mencapai keberlanjutan, lanjut Ayu, perusahaan harus menerapkan aspek ESG secara optimal, mulai dari kinerja, pengambilan keputusan, hingga pengukuran dampak, penetrasi, menetapkan target-target terhadap SDGs untuk mendukung sustainability. “Sustainability merupakan (upaya untuk) masa depan,” imbuhnya. Sebuah perjalanan panjang menuju masa depan. Hasilnya adalah ketika generasi mendatang tetap dapat merasakan kondisi kehidupan seperti saat sekarang tanpa kekhawatiran terjadinya ancaman bencana iklim di bumi.

Menurut Ayu, hal ini bisa didapatkan ketika perusahaan menerapkan strategi ESG dalam bisnis sehingga menciptakan value creation dari target-target SDGs (sebagai dampak praktik dari strategi tersebut) dalam implementasi CSR berdasarkan ISO 26000. Apabila tak mengindahkan hal ini, akan menjadi ongkos yang sangat besar ditanggung oleh perusahaan di masa depan agar bisnisnya tetap “sustain”.

Apa isi dari sustainability report?

Strategi, kebijakan, dan praktik keberlanjutan sebuah perusahaan harus dilaporkan. “Apa yang sudah dilakukan (praktik keberlanjutan) hendaknya dilaporkan, bukan terbalik,” cetus Ayu. Perusahaan Tbk yang belum pernah melakukan strategi, kebijakan,dan praktik keberlanjutan, belum mengelola dampak, tapi harus menyusun dokumen laporan. “Akhirnya, kualitas laporan pun jadi dipertanyakan,” tuturnya.

Jadi apa saja yang ada di dalam sustainability report tersebut? “Setidaknya (isi laporan tersebut melaporkan) perusahaan mengelola dampak-dampak negarif dan positif dari operasional berkaitan dengan risiko dan peluang dan bagaimana tata kelola keberlanjutannya. Bagaimana (dalam laporan tersebut) mereka memperlihatkan perubahan dari tadinya business as usual menjadi memperhatikan aspek sosial, lingkungan, tata kelola dan menjalankan bisnis yang lebih beretika,” terang Ayu.

Isi dari pelaporan keberlanjutan, jelas Ayu, berpondasikan pada penggabungan unsur teori triple bottom lines, yaitu people, profit, dan planet. Sementara itu informasi yang tertera di dalamnya adalah narasi perusahaan termasuk data dan bukti pengelolaan pada ragam dampak. Dokumentasi pengelolaan itu, kata Ayu, mulai dari tata kelola organisasi yang berkelanjutan, strategi yang berkelanjutan, kebijakan yang juga berkelanjutan dan pro teori di atas, pelibatan pemangku kepentingan (yang tidak ada dalam laporan keuangan atatau tahunan) yang mana perusahaan bisa merespon dari masukkan mereka, pengelolaan dampak operasional, aksi dan monitoring serta evaluasi yang berkelanjutan, pengukuran pencapaian kinerja perusahaan dalam aspek keberlanjutan, dan terakhir komitmen perusahaan ke depan.

Seluruh material informasi Sustainability Report (SR) atau laporan keberlanjutan merupakan dukungan kepada SDGs. “Sudah menjadi agenda pemerintah (terkait SDGs) dan diharapkan para pelaku usaha mendukung pada pecapaian SDGs di Indonesia. (Meskipun) Bukan mandatory tapi setiap perusahaan di Indonesia setidaknya punya kontribusi yang baik untuk negara.”

Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan laporan keberlanjutan atau SR? langkah pertama adalah menentukan konten laporan atau “key components”. “’Key components’ itu penting. Kita menggali kebutuhan apa yang menjadi ‘gap’ kebutuhan yang perlu dilaporkan. Kebutuhan internal, kebutuhan stakeholder, lalu tindak lanjut dari perusahaan (dalam menanggapi kebutuhan tersebut).

Langkah kedua, memberi batasan jelas pada ruang lingkup topik permasalahan dalam pembahasan laporan. “Batasan reporting itu bermacam-macam. Ada batasan yang berkaitan dengan ‘impact’ (dampak) yang dirasakan oleh pemangku kepentingan, atau batasan area pengambilan data,” sebut Ayu.

Langkah ketiga adalah “consolidate data within your reporting boundary”.  “Di Indonesia perusahaan yang punya banyak anak perusahaan, masih kesulitan untuk mengumpulkan data konsolidasi dari seluruh lini bisnisnya, termasuk anak perusahaan afiliasi. Hal ini karena masing-masing pengetahuan tentang sustainability masih tumpang tindih dan belum merata. Bisa jadi induk perusahaan sudah paham (sustainability), tapi anak perusahaannya belum, karena mungkin belum butuh atau boleh jadi anak perusahaannya belum berbentuk Tbk,” tutur Ayu.

Di sisi lain, dalam membuat laporan keberlanjutan, semua lini bisnis semestinya bisa “inline” dan semuanya mendukung sustainability, tidak terpecah-pecah. Oleh karena bila terpecah, maka informasi yang didapat tidak ada benang merahnya. “Sehingga proses pengumpulan data menjadi sangat penting,” imbuh Ayu mengingatkan.

Langkah keempat atau terakhir, terkait dengan “indicator scope”. “Ini berkaitan dengan peraturan yang harus dipatuhi, lalu memahami dan menggunakan standar pelaporan yang saat ini banyak digunakan,” jelas perempaun berkacamata ini. Selain itu juga pengelola usaha harus memahami ESG rating. Hal ini agar jika sewaktu-waktu investor menanyakan perihal ini untuk menjawab kebutuhan investor terkait rating tersebut.

Terkait kualitas laporan keberlanjutan, ada satu fase langkah yang secara ideal harus dilalui semua perusahaan yang akan menyusun laporan. “Ini karena report itu ada di bagian hilir. Idealnya setiap perusahaan melakukan gap analysis dulu, mencari tahu risk dan opportunity terkait ESG, lalu menyusun key components yang tadi (tentang topik material perusahaan), lalu memikirkan tindak lanjut dengan melakukan materiality assessment seperti apakah topik-topik material yang akan diangkat signifikan untuk dilaporkan baik bagi internal perusahaan maupun pemangku kepentingan.

“Lalu membuat srategi dan rencana sebagai bentuk tindak lanjut atas temuan-temuan gap tadi yang berkaitan dengan isu ESG, baru kemudian dilaporkan,” terang Ayu. Namun, tidak jarang ketidaksiapan perusahaan dalam membuat laporan sesuai dengan langkah-langkah yang benar menjadikan SR asal sekedar ada atau demi memenuhi kepatuhan atas tuntutan regulasi saja (POJK No. 51, dan lain-lain). Oleh sebab itu, dari sisi eksternal ada dorongan yang mempengaruhi isi laporan seperti regulasi, standar (GRI dan lainnya), ESG rating, dan assurance.

“Assurance itu penting sebagai penjamin dari pihak eksternal, untuk mengetahui kredibilitas, validitas, dan realibilitas dari data yang ada di dalam sustainability report. Setidaknya ketika sudah dilakukan proses assurance, kualitas dari laporan tersebut sudah bisa dipertanggungjawabkan,” jelasnya. 

Menurut Ayu, laporan keberlanjutan (yang tervalidasi) penting bagi pelaku usaha, karena para investor kini mulai mengedepankan ESG investing. Adanya demand dari investor ini mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi keberlanjutannya, mulai dari tahap kebijakan, praktik, evaluasi, langkah ke depan, hingga penyusunan laporan yang terus menerus dilakukan agar informasi tersampaikan kepada investor dan atau pemangku kepentingan lainnya.

banner