MajalahCSR.id – Pohon adalah paru-paru bumi. Saat kita menikmati buah dan teduhnya pohon, mereka secara diam-diam juga membersihkan udara. Proses alami yang menyerap karbon dan melepaskan oksigen tak hanya memberi kita udara bersih melainkan juga menyimpan karbon yang berkontribusi pada proses pencegahan pemanasan global.
Kota-kota di seluruh dunia tengah berlomba mengatasi gas rumah kaca, dampak dari kegiatan manusia dan aktivitas industri. Saat nyaris semua perhatian tertuju pada upaya sektor trasnportasi untuk beralih ke kendaraan listrik dan energi terbarukan seperti panel surya, tenaga angin dan air, masih ada solusi lain yaitu penanaman pohon di sekitar kita.
Menanam pohon punya ragam manfaat dalam upaya mengatasi krisis iklim. Melalui pemikiran ini, lembaga Compare The Market menggelar riset perihal seberapa banyak pohon yang harus ditanam tiap tahunnya di kota-kota besar dunia untuk menyerap emisi karbon. Mengutip dari Inhabitat, studi ini berdasarkan data milik Global Carbon Atlas Global City Emissions yang mengukur kadar emisi. Jadi sebenarnya, berapa perkiraan jumlah pohon yang dibutuhkan kota besar untuk menangkal emisi? Kota mana yang paling berkontribusi dan kota mana pula yang aktivitasnya menghasilkan emisi paling rendah? Jawabannya berikut ini.
Menurut data, kota-kota di Asia termasuk yang perlu penanaman pohon. Lima dari sepuluh kota penghasil emisi terbanyak ada di Asia. Data perbandingan diambil dari sektor transportasi, industri, limbah, dan emisi pembangkit listrik di masing-masing kota. Laporan merupakan kombinasi data guna memperlihatkan total hasil emisi dan jumlah pohon yang bisa menangkalnya. Sebagai contoh, lima kota besar di Asia yaitu Beijing, Singapura, Hong Kong, Tokyo, dan Seoul menghasilkan total karbon sebanyak 219.506.539 ton CO2 per tahun. Alhasil, jumlah akumulasi pohon yang harus ditanam oleh kelima kota besar itu sebanyak 43.901.308 pohon per tahun agar emisi teredam.

Deretan Gedung Pencakar Langit di Beijing, China. Foto : Istimewa/Inhabitat
Merujuk jumlah masing-masing, Beijing butuh 15.020.976 pohon per tahun, diikuti Singapura 9.366.336 pohon, dan Hongkong 8.975292 pohon. Tokyo memerlukan 5.522.200 pohon, serta Seoul 5.016.504 pohon. Lima kota lainnya dalam 10 besar adalah Istanbul, Lagos, Santiago, London, dan Mexico City.
Salah seorang juru bicara dari Compare The Market mengatakan, menjadi kota yang netral emisi karbon adalah tujuan penting bagi setiap kota-kota di dunia. “Untuk mencapai target 2050 dan setelahnya, aksi (dari kota-kota di seluruh dunia) perlu secepatnya dilaksanakan. Salah satunya dari apa yang kami pelajari bahwa menanam pohon sangat baik untuk menyerap CO2 serta masih ada manfaat lain yang berdampak positif bagi ekosisitem dan alam.”
Perhitungan jumlah pohon yang harus ditanam berdasarkan Carbonify.com’s carbon dioxide emissions calculator. Sementara itu, dasar estimasi jumlah pohon dari asumsi lima pohon dapat membersihkan tiap ton karbon dioksida. Studi ini mengungkapkan,”Pohon yang ditanam di kawasan tropis lembab rerata mampu menghisap lima puluh pon (22 kilogram) karbon dioksida per tahun selama 40 tahun. Rata-rata pohon bisa menyerap hingga 1 ton CO2 selama hidupnya, meskipun tak semuanya, tergantung usia pohon karena bisa mati atau hancur oleh bencana alam.”
Studi ini juga menyebut kota yang punya dampak rendah terhadap emisi. Reykjavik di Islandia adalah kota urutan pertama yang beremisi rendah. Kota di belahan bumi utara ini hanya menghasilkan emisi 346.630 ton CO2 per tahun. Meski demikian, tetap saja untuk mencapai karbon netral kota ini harus menanam 69.326 pohon per tahun. Reykjavik adalah satu-satunya kota besar di dunia yang emisinya di bawah 500.000 ton per tahun.
Selanjutnya adalah Selandia Baru. Tetangga Australia ini “hanya” menghasilkan emisi 621.179 ton CO2 per tahun. Ibukota Wellington hanya perlu menanam 124.236 pohon setiap tahunnya. Kota Basel, Swiss, berada di posisi ketiga di mana jumlah pohon yang dibutuhkan adalah 156.786 guna menghalau 783.932 ton CO2 per tahun. Rata-rata setiap kota yang masuk dalam studi perlu menanam lebih dari 200.000 pohon.
Studi ini juga mengungkap, hanya dengan menanam pohon saja tentu belum cukup. Aksi yang dilakukan harus dibarengi dengan upaya lain, termasuk pemakaian energi yang ramah lingkungan, bijak dalam produk, dan juga penanganan limbah yang tepat. Selain itu disebutkan, aksi juga harus mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Pemberian insentif bagi industri yang melakukan program ini dinilai sangat baik.