banner
Embung Tadah Hujan di Gunungkidul, Jogjakarta, yaitu Embung Grigak yang Dibangun oleh Coca- Cola Indonesia. Foto : Istimewa/COCA-COLA INDONESIA
Berita

Coca-Cola Indonesia Bangun Embung Grigak untuk Akses Air Bagi Pertanian Berkelanjutan di Gunungkidul

675 views

MajalahCSR.id – Coca-Cola belum lama ini, membewarakan  strategi global holistik untuk 2030 yang bertujuan mencapai ketersediaan air (water security) baik bagi bisnis, masyarakat maupun lingkungan di seluruh wilayah operasional perusahaan. Caranya dengan memanfaatkan hasil pertanian untuk memproduksi minumannya dan memberikan dampak terhadap kehidupan manusia. Visi terbaru Coca-Cola terkait pengelolaan air, berfokus pada tiga titik prioritas, yaitu:

  1. Mengurangi jumlah permasalahan air di seluruh dunia
  2. Meningkatkan ketahanan air masyarakat
  3. Meningkatkan kebersihan Daerah Aliran Sungai (DAS) prioritas

Coca-Cola terus berkolaborasi dengan para mitranya dalam berbagai Program Air Untuk  Masyarakat (Community Water Program) untuk mempertahankan kelestarian air dan lingkungan. Melalui Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI), Coca-Cola System di Indonesia (Coca-Cola Indonesia dan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia) telah menjalankan sejumlah Community Water Program di berbagai wilayah di Indonesia dan membantu mengembalikan sekitar 160% dari air yang digunakan dalam proses produksi produk Coca-Cola kepada alam dan masyarakat pada 2020 .

Salah satu Community Water Program ini adalah pemanfaatan embung tadah hujan untuk daerah kering di Indonesia. Hingga tahun 2021, sebanyak tujuh embung tadah hujan telah dibangun di wilayah Nusantara yang didukung oleh Coca-Cola. Inisiatif ini sejalan dengan program strategis pengembangan embung dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai infrastruktur penting guna memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian. Untuk itu, CCFI bersama dengan Yayasan Obor Tani (YOT) menginisiasi pembangunan Embung Grigak, sebuah embung tadah hujan dengan lapisan geomembran untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan Pantai Grigak. Embung tadah hujan seluas 1 hektare ini mulai dibangun pada bulan Maret 2020 dan diresmikan pada bulan Mei lalu.

Director of Public Affairs, Communications and Sustainability of PT Coca-Cola Indonesia dan  Ketua Pelaksana CCFI, Triyono Prijosoesilo menjelaskan, “Water stewardship dan pengelolaan air (water management) yang bertanggung jawab telah menjadi prioritas Coca-Cola sejak lama dan kami selalu berupaya untuk memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat dan ekosistem lingkungan di masa depan.”  

Selama bertahun-tahun, lanjut Triyono, Coca-Cola telah menjalankan berbagai Community Water Program guna membantu meningkatkan akses terhadap air bersih, sanitasi dan air untuk pertanian bagi masyarakat Indonesia. Dirinya berharap perusahaan dapat terus mengembangkan kerja sama dengan para mitra.

Embung Grigak yang terletak di Dukuh Karang, Kelurahan Girikato, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul ini merupakan daerah yang tandus dengan kondisi tanah yang berupa perbukitan kapur. Untuk mendapatkan akses air, para petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.

Sementara Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo mengungkapkan, “Meski lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering, secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya akan mineral esensial yang diperlukan oleh tanaman. Dengan tanah karst atau tanah kapur yang memiliki tingkat keasaman (pH di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk tanaman.”

Selain itu, berdasarkan hasil tes tanah, ditemukan bahwa lahan di kawasan Pantai Grigak cocok dimanfaatkan untuk penanaman tiga jenis tanaman buah, yaitu alpukat, kelengkeng dan mangga. Namun komoditas ini baru bisa berhasil tumbuh jika tersedia cukup air. Hadirnya embung tadah hujan ini diharapkan bisa membantu pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian agar para petani dapat hidup dari tanahnya.

“Tujuan awal pengadaan Embung Grigak ini adalah untuk mengairi lahan pertanian di musim kemarau dan juga sebagai wadah budidaya ikan. Potensi lainnya dari adanya embung tadah hujan ini juga untuk menarik wisatawan. Ketiga sumber pendapatan potensial ini dipercayakan pengelolaannya kepada perkumpulan Eco-Camp Mangun Karsa milik masyarakat yang kebanyakan petani,” tutur Romo P. Wiryono Priyotamtama, tokoh pendamping masyarakat setempat.

Embung Grigak terletak 30-40 meter dari bibir laut dan menghadap ke arah pantai. Pemandangan Embung Grigak yang sangat memukau membuka peluang bagi daerah tersebut untuk menjadi potensi lokasi wisata, serta berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi desa.

“Dengan pembangunan embung tadah hujan, kami berharap dapat menjawab berbagai persoalan, khususnya akses air bagi masyarakat atau petani lokal, serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. Dan jika nantinya berdampak pada tumbuhnya pariwisata di dekat lokasi, tentunya menjadi nilai plus bagi para penduduk sekitar dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan mereka, dan kami turut senang telah ikut berperan,” pungkas Triyono.

 

Fakta Soal Proyek Embung Grigak

  • Proyek ini didanai oleh The Coca-Cola Foundation (TCCF) yang merupakan badan filantropi The Coca-Cola Company. Perencanaan dan pelaksanaan proyek dilakukan bersama LSM, masyarakat setempat dan para pemangku kepentingan di pemerintahan tingkat desa dan kecamatan. Selain berbagai elemen infrastruktur, proyek ini berfokus pada pelibatan dan peningkatan kapasitas masyarakat.
  • Yayasan Obor Tani (YOT) memiliki peran penting dalam mengkoordinasikan penyiapan lahan dan pembangunan sistem penyimpanan air hujan dengan masyarakat setempat. YOT juga bekerja sama dengan Eco-Camp Mangun Karsa dalam pemeliharaan dan pengelolaan Embung Grigak serta pendistribusian air kepada para petani untuk mendukung pembangunan ekonomi di daerah tersebut.
  • Dengan adanya sistem tadah hujan, para petani dapat meningkatkan produksi pertanian dan mampu beradaptasi selama musim kemarau. Masyarakat pun memutuskan untuk mengembangkan Embung Grigak sebagai destinasi wisata lokal yang bisa menjadi sumber pendapatan alternatif bagi mereka.
  • Embung Grigak kini mengairi 20 hektare sawah serta 5.000 tanaman buah-buahan di 30 hektare lahan perkebunan. Hadirnya embung tadah hujan ini mampu memberikan keuntungan bagi sekitar 150 petani yang tinggal di sekitar wilayah tersebut.
banner