banner
Ilustrasi kawasan hutan. Hutan di kawasan Gunung Tarak, Ketapang, Kalimantan. Foto: TribunPontianak.co.id/Subandi
Ragam

Dalam 5 Tahun, Cuma Setengah Jumlah Pohon “Replanting” yang Mampu Hidup

192 views

Jakarta, MajalahCSR.id – Sebuah fakta miris terungkap melalui hasil riset kelompok saintis bahwa nyaris setengah dari pohon yang ditanam kembali di hutan Asia, tak mampu bertahan dalam lima tahun pertama.  Kelompok ahli tanaman ini berasal dari 29 universitas berikut pusat riset yang menganalisis data dari 176 hutan restorasi di kawasan tropis dan subtropis Asia. Area riset juga termasuk kawasan hutan kritis yang mengalami penurunan jumlah pohon akibat aktivitas manusia.   

Melansir dari Inhabitat, Rabu (16/11/2022) yang bersumber dari Independent, para pakar tersebut menemukan fakta bahwa sebanyak 18% sampel pohon dari hutan restorasi, mati di tahun pertama penanaman. Berselang 5 tahun, sebanyak 44% dari total jumlah pohon “replanting” mengering dan mati. Para ilmuwan juga mengobservasi rerata pohon tanam ulang yang bertahan hidup ditentukan oleh jenis dan lokasi pohon ditanam. Beberapa spesies ditemukan berdaya tahan tumbuh tinggi, yaitu lebih dari 80% usai lima tahun penanaman. Namun di kawasan lain, pohon berjenis sama nyaris seluruhnya mati.

Merujuk pada hasil studi yang dipublikasikan oleh Journal Philosophical Transaction of the Royal Society B: Biological Sciences, menjelaskan, penanaman pohon (di setiap wilayah) harus memiliki penanganan khusus agar hasilnya maksimal.

“Jelasnya adalah, keberhasilan (penanaman pohon) sangat tergantung pada kita memahaminya (sifat tanaman), lalu membagikan cara itu, sehingga setiap kawasan restorasi bisa menghasilkan dampak maksimal atas penanaman pohonnya,” kata Lindsay Banin, penulis riset tersebut dari UK Center of Ecology and Hidrology.

Di satu sisi daya tahan pohon pada upaya restorasi hutan sejatinya masih belum sesuai harapan, namun studi juga menyebutkan bahwa proses ‘replanting’ masih lebih cepat (dan baik) alih-alih membiarkan hutan gundul tumbuh alami. Bahkan, di sejumlah area di mana kondisi hutannya yang rusak dibiarkan saja (tanpa upaya restorasi), butuh beberapa dekade bagi pohon mulai tumbuh kembali.

“Kita harus lebih memahami improvisasi cara (tanam) agar anak pohon tetap tumbuh, sehingga restorasi hutan berjalan sempurna,” tutur peneliti lain, David Burslem, professor di Universitas Aberdeen, Inggris. “Namun juga studi ini memberi peringatan lain; lindungi hutan-hutan kita yang masih ada sebisa mungkin. Hal ini karena restorasi hutan hasilnya tak menentu, dan butuh sumber benih beragam (yang tentunya menyulitkan) untuk kegiatan restorasi,” kata sang ilmuwan mengingatkan.

banner