banner
Dok. Cargill
Berita

Dunia Anak Dalam Bisnis Perkebunan Kelapa Sawit

4028 views

Pemenuhan hak anak merupakan kewajiban Negara, sehingga Children’s Rights and Business Principles (CRBP) atau Prinsip-Prinsip Dunia Usaha dan Hak Anak ini tidak dibuat untuk menjadi aturan, tapi sebagai panduan bagi perusahaan. Indonesia saat ini juga menjadi negara pertama yang melibatkan anak untuk memberikan pendapat mereka tentang dampak bisnis terhadap anak dan mengintegrasikan hak anak ke dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Bisnis dan Hak Asasi Manusia yang baru saja diluncurkan oleh Komnas HAM di bulan Juni 2017 ini.

Gita juga menyebutkan walaupun kajian ini tidak menggambarkan situasi dan kondisi anak-anak secara umum atau keseluruhan di perkebunan kelapa sawit namun diharapkan dapat menginisiasi dialog-dialog dengan berbagai pihak, antara lain dengan lembaga pemerintah dan asosiasi sektor terkait seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Roundtable on Sustainability Palm Oil (RSPO) dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mengintegrasikan CRBP sebagai panduan dalam menghormati dan memenuhi hak anak.

Penerapan CRBP ini tentunya harus ada dukungan dan kerjasama dari semua pihak, baik masyarakat, perusahaan, pemerintah maupun LSM-LSM.

 

Dunia Anak di Perkebunan

Salah satu perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, Cargill menargetkan untuk mematuhi hukum dimana perseroan berada. Bahkan perseroan juga menganut asas sustainability 3P, yaitu sustainability people, profit and planet.

“Semua bisnis menurut saya harus berpikir pada sustainability people, profit and plannet,” ujar Colin Lee, Corporate Affairs Director Cargill Tropical Palm dalam acara Children’s Right and Business Principles (CRBP) Implementation in Sustainable Supply Chain di Jakarta rabu (21/6).

Dalam pemenuhan hak karyawan, Lee menceritakan bahwa perseroan selalu mengadakan pertemuan rutin. Begitu pula dalam mengambil keputusan, bahkan masyarakat lokal dan pemerintah juga diajak terlibat. Hal ini sesuai dengan prinsip perseroan, bahwa karyawan merupakan hal penting bagi perseroan, karena bisnis tidak akan bisa berjalan lama jika tidak didukung oleh karyawan.

Dengan menganggap karyawannya penting, maka perseroan juga membuat karyawan betah bekerja. Salah satunya memperhatikan keluarga, yaitu anak-anak karyawan, karena rata-rata para pekerja adalah pasangan suami istri yang mempunyai anak.

Lee menyatakan, PT Cargill selalu membuat lingkungan yang aman agar anak-anak bisa bermain. Dengan demikian, diharapkan para ibu bisa pulang tanpa rasa khawatir. Bahkan Cargill juga menyediakan tempat penitipan anak di lingkungan perkebunan.

Selain memperhatikan balita para karyawan, yayasan Cargill (yaitu Yayasan Harapan Masa Depan Cerah, atau YHMDC) yang berada di bawah PT Cargill membangun 43 sekolah. Sekolah tersebut terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan didukung oleh sekitar 300 guru.

“Diharapkan anak-anak karyawan bisa bersaing dengan anak lain diluar lingkungan perkebunan,” papar Lee.

Dok. Cargill

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, dokter juga bersiaga untuk memeriksa pekerja jika ada indikasi terpapar bahan kimia. Seperti yang sudah diketahui, pekerja di perkebunan kelapa sawit juga bersentuhan dengan bahan kimia untuk menyemprot kelapa sawit.

Pekerja di bagian menyemprot juga telah dilengkapi dilengkapi dengan baju khusus, dan mempunyai bersertifikat. Setelah selesai bekerja, mereka pun harus mandi untuk menghilangkan bahan kimia yang kemungkinan masih tersisa di tubuh mereka.

“Bagi wanita hamil pekerjaannya akan disesuaikan, yaitu yang sedikit bersentuhan dengan bahan kimia,” jelasnya lagi.

banner