Jakarta, MajalahCSR.id – Dunia usaha di Indonesia sudah mulai menerapkan good sustainability practices yang relevan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Praktik ini yang berusaha difasilitasi oleh World Resources Institute (WRI) di Indonesia. WRI bersama Carbon Disclosure Project (CDP), Kamar Dagang dan Industri (KADIN), dan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) mengembangkan KADIN Net Zero Hub (NZH) sebagai platform akselerasi ekosistem net zero yang mendukung target pengurangan emisi Indonesia sebesar 43,2 persen pada 2030.
Platform yang diluncurkan saat perhelatan B20 bulan November 2022 lalu dilakukan untuk mendorong keterlibatan pihak swasta dalam dekarbonisasi. “KADIN Net Zero Hub didirikan untuk membantu perusahaan merencanakan, menjalankan, dan melaporkan aksi-aksi konkret dalam mencapai nol bersih,” ujar Octavianus Bramantya selaku anggota tim KADIN Net Zero Hub dalam acara KADIN Net Zero Hub Corporate Assistance Program (CAP) Batch 1 Graduation di Jakarta, Selasa (28/2/2023) lalu.
Upaya mendorong peran swasta tersebut, ungkap Nanda Noor, Sustainable Business & Corporate Engagement Manager WRI Indonesia dilakukan salah satunya melalui adopsi best practices internasional dalam pengukuran dan penghitungan emisi karbon, seperti GHG Protocol dan kerangka kerja Science-Based Targets Initiative (SBTi). Kedua pendekatan ini penting untuk memastikan bahwa aksi perusahaan dalam mengatasi perubahan iklim memiliki basis yang kuat dan selaras dengan instrumen yang relevan di tingkat nasional dan internasional.
Dalam kesempatan yang sama, Dedy Mahardika, SBT Engagement Manager SEA and Oceania CDP, menyatakan SBTi sudah menjadi acuan yang dipergunakan secara global oleh lebih dari 4.600 perusahaan di berbagai sektor. Adopsi ini memiliki banyak manfaat. “Dengan menyelaraskan target reduksi emisi berbasis sains melalui SBTi, perusahaan di Indonesia tidak hanya dapat berkontribusi pada climate change, tetapi juga membuka berbagai peluang bisnis dan meningkatkan sisi competitiveness dengan peers di regional maupun sektor terkait,” jelas Dedy.
Basis Komersial Dekarbonisasi
Meski berawal dari kepedulian, dekarbonisasi juga memiliki manfaat komersial penting bagi dunia usaha. Anna Patricia Susanto, Vice-CEO PT Pan Brothers Tbk and Group mengatakan bahwa penerapan dekarbonisasi dapat bermanfaat secara bisnis, setidaknya menurunkan operasional (opex) dari penggunaan energi serta meningkatkan keuntungan kompetitif perusahaan dan industri Indonesia secara global.
“Ini bisa membantu posisi Indonesia secara internasional. Jika ditanya soal komitmen terhadap perubahan iklim, kita bisa bilang sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, kita pasti memiliki agenda yang sama antara pemerintah dan pengusaha soal target net-zero ini, sehingga pasti lebih menarik investor dibandingkan kompetitor lain, termasuk negara-negara di Asia Tenggara,” ungkap Anna. PT Pan Brothers Tbk adalah salah satu perusahaan yang mengikuti Corporate Assistance Program (CAP), yaitu asistensi teknis dalam penghitungan emisi dari KADIN NZH dalam mencapai target net-zero.
Masalah reputasi di mata investor ini juga disampaikan Michael Sung, Direktur PT Ever Shine Tbk. Perusahaannya, sebagaimana industri tekstil lainnya, sering dituduh memiliki rapor merah dalam urusan lingkungan sehingga selalu mendapatkan penilaian yang rendah dari investor maupun perbankan. ”Partisipasi dalam NZH bisa membantu kami memperbaiki reputasi ini, bahwa industri tekstil bisa dikelola dengan cara yang green.” Harapannya, ini setidaknya bisa membantu menaikkan rating industri tekstil sebagai sasaran investasi.
Perubahan iklim memang sudah menjadi topik penting dalam investasi, sebagaimana disampaikan Indah Budiani, Direktur Eksekutif Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) “Baik pasar maupun investor mulai beralih kepada pelaku usaha yang mengedepankan ambisi terhadap climate change karena hal tersebut tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, sosial, namun juga memastikan kelangsungan bisnis itu sendiri di masa depan.”
“Harapan kami NZH dan CAP ini dapat memfasilitasi good tersebut agar menjadi great, karena mengadopsi protokol penghitungan GRK dan target emisi nol bersih berbasis sains yang diakui secara internasional,” tutup Nanda Noor. Adopsi ini menjadi penting sebagai dukungan nyata dunia usaha terhadap komitmen Indonesia dalam perubahan iklim.