banner
Ilustrasi Sampah Plastik. Foto : Shutterstock
Berita

Inilah Negara Paling Produktif Hasilkan Limbah Plastik

1221 views

MajalahCSR.id – Selama ini ada anggapan negara Asia adalah penghasil limbah plastik terbesar. Namun dugaan itu keliru. Menurut penelitian terbaru yang dilakukan, warga Amerika Serikat (AS) justru paling banyak menghasilkan limbah plastik dibanding negara lain.

Studi sebelumnya menyebut negara-negara di Asia adalah pencemar terburuk ekosistem lautan oleh limbah plastik, sementara AS berada di posisi ke 20. Tapi ternyata studi tersebut tidak mempertimbangkan kegiatan illegal dumping, yaitu AS sebagai pengekspor limbah. Studi selanjutnya, dengan memasukkan faktor illegal dumping tersebut, AS berada di peringkat ketiga sebagai kontributor limbah plastik.

Nick Mallos, salah satu anggota tim peneliti itu mengatakan, “Jumlah warga AS adalah 4% dari total populasi, namun menghasilkan 17% limbah plastik. AS perlu memainkan peran lebih banyak dalam mengatasi krisis limbah plastik global.”

Hasil penelitian ini sudah dirilis dalam Science Advances, 30 Oktober lalu. Intelligentliving menulis, studi ini mengacu pada data World Bank soal produksi sampah di 217 negara, serta fokus pada tambahan informasi illegal dumping, mengotori, dan kontaminasi akibat ekspor plastik yang dilakukan. AS lebih memilih membuang sampah daripada mendaur-ulangnya.

Saat mata periset  tertuju pada kalkulasi data Bank Dunia, terungkap AS menghasilkan libah plastik hingga 34 juta ton pada 2016. Bahkan, mereka menambahkan data baru hingga angkanya membengkak menjadi 42 juta ton. India berada di posisi kedua, diikuti oleh China. Tapi sejak jumlah penduduk mereka kian banyak, konsumsi plastik rata-rata per penduduknya lebih rendah 20% dibanding AS.  

Diantara negara-negara tertinggi produksi limbah plastik per penduduknya, Inggris di tempat kedua, diikuti Korea Selatan dan Jerman.

Akhirnya, ilmuwan meneruskan penelitiannya pada limbah plastik masing-masing negara yang berakhir di lautan. Mereka menyebut Indonesia dan India sebagai penghasil terbanyak. AS ada di antara peringkat ketiga dan kesebelas tergantung tuduhan terkait manajemen limbah mereka yang bocor ke lingkungan. Analisis juga termasuk ekspor limbah plastik AS sebaganua 1 juta ton yang ternyata berakhir di lautan.

Dalam hal ini, Nick Mallos memberi saran, “Solusinya dari rumah. Kita harus berupaya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yangta perlu. Selain itu, kita butuh terobosan baru terkait pengemasan dan pengriman barang (agar tak lagi memakai plastik sekali pakai). Saat pemakaian plastik masih tak terelakkan, kita butuh cara untuk lebih berusaha lagi dalam mendaur ulang limbah. Ini masih banyak belum dilakukan.”  

Data tahun 2016 memperlihatkan, hanya 9% dari limbah plastik di AS yang didaur ulang, sementara lebih dari 50% limbah tersebut dikirim ke luar negara. Berpuluh-puluh tahun mengeksor limbah mampu menyamarkan AS sebagai penyumbang terbesar limbah plastik.  

Winnie Lau, peneliti lainnya dalam studi tersebut menggarisbawahi, bagaimana studi yang dilakukan membantu banyak negara untuk lebih bijak lagi dalam penanganan limbah plastik. Pada September kemarin, Lau mengungkap lewat risetnya, bahkan bila seluruh upaya dilakukan untuk mengurangi sampah plastik, hanya mampu mengurangi 40%, artinya 700 juta ton akan tetap mencemari lingkungan pada 2040.

Hindari penggunaan plastik yang masif, aksi koordinasi gobal untuk menekan konsumsi plastik, menggalakkan pemakaian kembali produk, pengumpulan limbah dan mendaur ulangnya, adalah langkah-langkah yang masih dinilai efektif menekan laju limbah plastik.  

banner