Ada yang berbeda dengan Ibukota Jakarta dan juga kota-kota besar lainnya di Indonesia dalam 3 minggu terakhir. Kebijakan pemerintah meliburkan sekolah dan mengharuskan warga beraktivitas dari rumah, mendorong menurunnya tingkat polusi. Udara Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia makin bersih. Tak ada lagi penampakkan kemacetan yang biasanya selalu terjadi.
Hal sama juga terjadi di kota-kota besar di Eropa. Keputusan “lockdown” di sejumlah negara benua biru dan juga pembatasan aktivitas di luar, menekan emisi dengan signifikan. Seperti dilansir dari Reuters, kota sepereti Brussels, Paris, Madrid, Milan, dan Frankfurt memperlihatkan penurunan kadar nitrogen dioksida yang berbahaya pada 5 – 25 Maret kemarin. Hal ini berdasarkan foto hasil jepretan satelit Sentinel-5.
Situasi ini terjadi bertepatan dengan kondisi “lockdown” di kota-kota tersebut. Gas-gas tersebut rupaya dihasilkan dari gas buang kendaraan bermotor dan pipa-pipa asap buang pabrik.
Badan Antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA) yang pertama kali merilis foto ini. Hasil foto kemudian dianalisis oleh Lembaga Kesehatan Publik Eropa (European Public Health Alliance/EPHA). Dalam foto tersebut tergambar dengan jelas penurunan kadar nitrogen dioksida, yang bisa memicu masalah pernapasan bahkan kanker.
Cuaca sehari-hari turut mempengaruhi polusi di atmosfir, sehingga untuk menghidari kesalahan, satelit tersebut mengambil foto dalam kurun 20 hari. Data dari Badan Lingkungan Eropa (European Environmrnt Agency/EEA) menunjukkan hasil yang sama dari 16 – 22 Maret lalu. Di Kota Madrid, Spanyol, NO2 atau nitogren dioksida menurun hingga 56% dari minggu ke minggu usai negara tersebut mengambil langkah melarang warga berpergian untuk hal yang kurang penting pada 14 Maret.
Lembaga Kesehatan Publik Eropa menegaskan, orang-orang yang tinggal di kota dengan polutan tinggi mudah terpapar COVID-19. Hal ini disebabkan, hidup dalam lingkungan yang polutif bisa menurunkan kekebalan tubuh sehingga kian sulit untuk melawan virus.
Di sisi lain, udara berpolusi dapat memperburuk kanker paru-paru, penyakit pernafasan dan stroke jatung.
Kawasan China juga dilaporkan mengalami penurunan kadar NO2 selama Februari lalu. Saat itu juga pemerintah China memberlakukan “lockdown” untuk membatasi penyebaran wabah pandemi COVID-19.
Namun di beberapa lokasi, seperti Polandia, kadar NO2 tetap tinggi karena masih menggunakan batubara sebagai pembangkit energi.