MajalahCSR.id – Sudah bukan lagi kabar burung bahwa hutan hujan Amazon terus mengalami kehancuran demi membuka lahan peternakan sapi untuk diambil dagingnya dan kulit. Tak hanya restoran fastfood burger yang mendapat sorotan karena demi memasok kebutuhan dagingnya, industri fesyen pun turut dianggap bertanggung jawab karena kerakusan mereka pada bahan baku kulit yang turut memicu hal ini terjadi.
Industri fesyen yang dituduh turut secara tak langsung jadi perusak hutan pun tak main-main. Dari total 80 nama pelaku industri, beberapa nama di antaranya mencuat brand Coach, Zara, Adidas, sampai produsen alas kaki terkenal, Dr. Martens. Sejumlah nama lainnya pun akhirnya terseret, seperti Louis Vuitton, H&M, dan Fendi.
Grup advokasi, Stand.earth, jadi pihak yang akhirnya berhasil mengungkap “keterlibatan” para pemilik brand fesyen kenamaan itu pada krisis hutan Amazon. Mereka meriset para pemilik peternakan sapi di Brasil dan perusahaan penyamakan serta pabrik mana saja di dunia yang mendapat pasokan kulit dari sana. Riset mengungkap, eksportir kulit terbesar di Brasil, JB leather, terlibat dalam proses deforestasi.
Stand.earth lalu menelusuri siapa saja yang menjadi konsumen JB leather. Lebih kurang 500.000 nama dalam database konsumen termasuk industri penyamakkan dan pengolahan kulit dari berbagai negara akhirnya terungkap.
“Sudah jadi rahasia umum, industri fesyen adalah pihak yang sengaja mengaburkan rantai pasok dan menyembunyikan banyak pelanggaran terhadap hak asasi dan lingkungan,” sebut Colin Vernon, pendiri lembaga nonprofit, Slow Factory, yang berkolaborasi dalam riset, seperti diberitakan Grist.
“(Temuan ini) Memberikan masukan kepada pemerintah Brasil yang memang sangat kurang dalam hal standard dan penegakkan hukum. Kami menyerukan kepada pemilik merek global untuk membuktikan rantai negara dibongkar. Setelah itu, data tersebut disilangkan dengan sejumlah data lainnya yang berasal dari para pemilik brand tersebut. Ini guna mendorong dan memastikan agar rantai pasok mereka benar-benar bersih, di luar jargon-jargon juga standard versi mereka yang tak sesuai.”
The New York Times juga belum lama ini juga memberitakan sebuah pabrikan mobil mewah memakai interior kulit yang berasal dari perusahaan jagal di Brasil. Menurut laporan tersebut, peternakan yang bekerja sama dengan JB leather, juga melakukan aksi deforestasi illegal yang mengancam habitat dan tanah masyarakat asli Amazon.
Sementara itu, parlemen Uni Eropa tengah berupaya menghentikan import kedelai, minyak sawit, daging sapi, kakao, kopi, dan kayu yang berhubungan dengan deforestasi. Banyak pihak berharap produk fesyen pun turut mengikuti aturan itu.