Jakarta, MajalahCSR.id – Pohon palem merupakan tanaman yang fleksibel. Pohon yang memiliki mayang unik ini bisa tumbuh di dua jenis iklim, tropis dan empat musim, termasuk di Indonesia. Bagi sebagian orang, terutama di belahan barat, pohon ini merupakan simbol ketenangan. Contohnya di sejumlah film mereka yang memperlihatkan suasana liburan dengan daun palem yang melambai. Namun sayangnya, pohon palem disebut terancam punah. Menurut studi terbaru yang melalui pemetaan ‘artificial intelligent’ (AI), lebih dari separuh spesies pohon ini dihadapkan pada bahaya kepunahan.
Melansir Inhabitat, Senin (26/9/2022), tiga lembaga terlibat dalam riset ini, yaitu Royal Botanic Garden berlokasi Kew di Inggris, Universitas Amsterdam, Belanda, dan Universitas Zurich, Swiss. Para ahli dari ketiga lembaga ilmiah itu menggunakan mesin canggih dan memasukkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, untuk memprediksikan masa depan pohon palem ini. Informasi riset ini pun sudah diungkap dalam jurnal ilmiah Nature Ecology and Evolution, pada minggu lalu. Hasilnya, lebih dari 1.000, atau nyaris 1.900 spesies palem kelestariannya berada dalam kondisi bahaya.
Para ahli memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), untuk bisa memperbaharui IUCN Red List (daftar flora dan fauna yang terancam hilang). Pendanaan yang tak memadai, minimnya referensi sains, dan pengetahuan publik pada ragam jenis spesies membuat banyak kesenjangan kepedulian terhadap tanaman, termasuk palem ini terjadi.
“Krisis keragaman hayati mendorong kita untuk mengambil tindakan penting agar mencegah hilangnya keragaman tersebut,” ujar Steven Backman, ketua riset di tim “Conservation Assessment and Analysis”, Kew. “Sudah seharusnya kita memakai semua upaya seperti prediksi dan otomatisasi guna menghasilkan solusi yang kuat dan cepat. Dimasukkannya tanaman ini ke dalam ‘Red List’ adalah salah satu cara yang penting dalam penanganan konservasi terhadap kepedulian spesies yang terancam bahaya.”
Pohon palem bukan sekedar tanaman hias. Jutaan warga global memanfaatkannya untuk makanan, pengobatan, dan juga material bangunan. Riset yang dilaksanakan berlokasi di berbagai tempat seperti Madagaskar, Filipina, Hawaii, Borneo (Kalimantan Indonesia), Papua Nugini, Jamaika, Vanuatu, Kaledonia Baru, Sulawesi (Indonesia), dan Vietnam, yang dijadikan Kawasan konservasi utama terhadap tanmaan palem.
“Usai studi ini kita jadi lebih paham berapa banyak, dan jenis palem mana yang keberadaannya terancam,” kata Rodrigo Camara-Leret, ilmuwan senior di Universitas Zurich. “Ini jadi harapan kami bahwa daftar prioritas tanaman yang termasuk di dalamnya palem yang terancam punah, bisa menguatkan kolaborasi para pemangku kepentingan untuk menyegerakan aksinya pada upaya perlindungan.”