Jakarta, MajalahCSR.id – Kendaraan, baik tenaga fosil atau listrik, bahkan termasuk pesawat udara, memiliki roda agar membuatnya mampu berjalan di darat. Roda umumnya terbuat dari bahan dasar karet sehingga elastis namun kuat dan tahan panas di suhu tertentu. Namun, di balik manfaatnya, roda kendaraan juga memicu limbah polutan.
Selama ini, banyak yang memanfaatkan limbah roda jadi produk lain. Contohnya, pot bunga, kursi santai, meja serbaguna, lemari buku, hingga sandal karet. Melansir dari Intelligentliving, bagi para ilmuwan di RMIT University Australia, limbah ini justru bisa dimanfaatkan sebagai tambahan konsentrat yang berkulitas. Menurut penelitian ini ban kendaraan daur ulang mampu menggantikan konsentrat kasar untuk konstruksi konvensional.
Kenyataan ini tentu membantu mengurangi polusi limbah ban kendaraan yang juga berdampak buruk pada lingkungan. Manfaat lain, hasil pengolahan ban bekas ini mampu mengurangi ongkos manufaktur dan transportasi serta mendukung ekonomi sirkular.
Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah riset mengungkapkan limbah ban bekas dapat dimanfaatkan untuk konsentrat berkelanjutan, yang lebih tahan panas, kuat, dan cukup fleksibel pula jika digunakan untuk material konsentrat jalan raya.
Konsentrat konstruksi biasanya terdiri dari air, semen, dan campuran agregat seperti kerikil dan pasir. konsentrat ini biasanya didapatkan dari hasil penambangan yang kian hari makin habis ketersediannya. Belum lagi proses dan dampak penambangan yang memicu kerusakkan dan ketidakseimbangan alam.
Memakai daur ulang ban bekas sebagai pengganti bahan agregat konvensional artinya dapat mengurangi ketergantungan dari material yang tak terbarukan. Selain itu juga bisa mengurangi emisi karbon merujuk pada produksi konsentrat, menjadikannya lebih ramah lingkungan.
Pecahan dari ban bekas menjadikan campuran konsentrat lebih tahan dan fleksibel terhadap tekanan, alih-alih patah atau retak dan hancur seperti yang sering terjadi pada konsentrat biasa. Namun demikian, masih ada sedikit hambatan dari terobosan ini.
Daya regang konsentrat dan ketahanannya pada tekanan akan hilang jika terlalu banyak campuran fragmen karet ban bekas. Hal ini sebagian terjadi pada pecahan karet yang tidak cukup untuk saling mengikat sejak semen dan karet tak menyatu secara cukup.
Untuk mengatasi hal ini para pakar di RMIT University lantas mencampur konsentrat basah hanya dengan pecahan atau butiran kasar ban bekas. Selanjutnya, konsentrat ini lalu dicetak melalui cetakan besi untuk lebih memadatkan teksturnya. Tekanan dari proses cetak ini ternyata mengikatkan partikel pori-pori konsentrat.
Setelah konsentrat kering dan mengeras, maka semen menjadi lebih menempel pada campuran. Akhirnya melalui serangkaian ujicoba, konsentrat baru ini lebih baik 97% dalam tekanan, 59% kelenturan, dan 20% untuk daya regang dibandingkan konsentrat sebelumnya. Meskipun ada perubahan yang lebih menjanjikan, namun para ahli terus mengembangkan cara agar kekuatan dari konsentrat ini benar-benar aman, kuat, unggul, lebih ramah lingkungan, serta lebih mudah dalam proses pencampurannya.