banner
Hutan gambut di Indonesia. Foto : Dok. APRIL Group
Liputan

Menggaungkan Jaga Hutan Lewat Komunikasi

304 views

Jakarta, MajalahCSR.id – Kalimantan dan Sumatera adalah 2 wilayah di Indonesia yang dikenal dengan keluasan tutupan hutannya. Salah satu jenis hutan yang ada di sana adalah hutan gambut dan bakau (mangrove) yang terletak di wilayah payau, atau perairan. Hutan payau adalah salah satu hutan yang memiliki peran vital salam menyerap karbon dari udara. Keberadaan hutan ini sangat perlu dijaga, karena sekalinya rusak, maka karbon akan terlepas ke udara yang makin memperburuk bencana krisis iklim yang mengancam keberlangsungan bumi.

Menjaga hutan juga bukanlah kewajiban salah satu pihak saja, melainkan kita semua untuk sama-sama bahu membahu memberikannya perlindungan. Oleh sebab itu, diperlukan komunikasi yang lintas kultural, lintas sector, bahkan lintas generasi. Hal ini terungkap dari bincang hangat  Bincang Bumi yang bertema “Komunikasi untuk Jaga Hutan” yang digelar secara online, Jumat (12/8/2022), pekan lalu dan diinisiasi oleh cprocom. Diskusi ini digelar dalam rangka memperingati Hari Hutan Indonesia yang jatuh pada 7 Agustus lalu.

Upaya menjaga hutan juga dilakukan oleh pihak swasta PT Rimba Makmur Utama, perusahaan yang mengelola Katingan Mentaya Project di Kalimantan Tengah, yang beberapa kali sempat mendapat penghargaan karena upayanya dalam konservasi dan restorasi hutan, dalam hal ini hutan gambut. Lantas apa motivasinya dalam perlindungan hutan tersebut?

“Tugas utama kami adalah mengelola dan mengonservasi hutan, karena itu upaya menjaga hutan merupakan agenda yang sangat penting bagi RMU,” ungkap Maria Dewantini Dwianto, Direktur Komunikasi PT Rimba Makmur Utama (RMU) yang hadir sebagai pemateri pada sesi bincang tersebut. RMU, lanjut Maria, pihaknya adalah perusahaan yang mengelola program restorasi dan konservasi hutan gambut di Katingan Mentaya, Kalimantan Tengah, melalui Katingan Mentaya Project.

“Selain mengonservasi ekosistem di hutan, juga memberdayakan masyarakat di 35 desa yang ada di sekeliling Katingan Mentaya seluas 157 ribu hektar yang diapit oleh sungai Katingan dan Mentaya” imbuh perempuan yang akrab disapa Mia.

RMU selama ini berupaya merestorasi dan menjaga beberapa kawasan hutan, termasuk hutan gambut, yang sudah rusak yang disebabkan salah satunya oleh kebakaran hutan. “Kita harus menjaga hutan gambut karena jenis hutan ini (dan mangrove) mempunyai kandungan karbon yang lebih tinggi dibandingkan hutan lainnya.

“Karena begitu dia rusak, (semua kandungan) karbon akan lepas ke atmosfir sehingga menyebabkan perubahan iklim yang lebih parah. Jadi tujuan utama RMU adalah menjaga karbon tetap berada di dalam tanah (oleh keberadaan hutan gambut), sehingga diperlukan upaya agar hutan tetap lestari termasuk tanaman ataupun biodiversitas yang ada di dalamnya tetap terjaga,” jelasnya.

Menjaga hutan tidaklah semudah membalik telapak tangan, perlu kesadaran, kebersamaan, dan sinergi dari berbagai pihak untuk mewujudkannya. Hal ini karena hutan di Indonesia sedemikian luas yang membutuhkan penanganan seperti itu. Menurut Mia, menyikapi hal ini, RMU berupaya merangkul para masyakarat di 35 desa yang mengelilingi hutan di Kawasan Sampit, yang mereka kelola untuk Bersama-sama tetap menjaga.   

Salah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh RMU adalah kebakaran hutan atau karhutla. “Kebakaran hutan adalah salah satu ancaman besar yang dihadapi oleh (pelaku) konservasi hutan terutama di musim kemarau,” terangnya. Hanya dibutuhkan satu orang untuk membakar hutan oleh perilaku buruk, seperti membuang puntung rokok ke lahan gambut yang kering di musim kering. Oleh sebab itu, penting bagi RMU untuk melibatkan dan mengedukasi masyarakat di sekitar hutan gambut untuk sama-sama menyayangi hutan. Apalagi, lanjut Mia, warga lokal pasti menyayangi hutan, oleh karena kehidupan mereka tergantung dari sana.

Hal yang perlu diberikan pemahaman pada mereka adalah saat membuka lahan untuk kepentingan pertanian warga lokal adalah dengan praktik yang benar dengan tidak membakar lahan. Selain itu RMU pun memberikan edukasi bagi warga lokal untuk tidak melakukan pembalakan (kayu) secara liar. Jika dulu warga mengambil kayu untuk kepentingan rumah tangganya saja, namun seiring waktu pembalakan yang dilakukan tak sebatas kebutuhan keluarga melainkan untuk industri yang membutuhkan kayu yang sangat massif sehingga membahayakan keberlangsungan hutan. 

“(Untuk menghindari hal ini), RMU mengajak warga lokal untuk bertanam pisang, kelapa, dan sebagainya (alih-alih membabat kayu),” cetusnya.

Tantangan kedua yang juga dihadapi oleh RMU adalah mengedukasi masyarakat lain di luar masyarakat lokal sekeliling hutan, seperti masyarakat perkotaan atau urban yang jauh dari hutan, terutama kalangan anak muda. Untuk itu, Mia menerangkan bahwa RMU lantas bekerja sama dengan pihak lain, termasuk organisasi Hutan Itu Indonesia.

“Kami mengajak Hutan Itu Indonesia, yang menyasar kalangan anak muda untuk menyayangi hutan demi keberlangsungan hutan untuk anak cucu kita.”   

Sementara itu pembicara lainnya, Adrian Pramana, Campaign and Media Specialist Hutan Itu Indonesia, menyebutkan bahwa organisasi tempatnya beraktivitas merupakan wadah anak-anak muda terutama yang di perkotaan untuk cinta dan merasa punya rasa memiliki terhadap hutan-hutan di Indonesia, meskipun tempat tinggal mereka jauh dari hutan yang juga salah satu identitas tanah air.

“Tujuannya (Hutan Itu Indonesia) mengkampanyekan agar mereka (anak-anak muda) di perkotaan lebih dekat dan peduli pada hutan, dan mereka mau menjaga hutan dengan cara kekinian secara majemuk sesuai dengan karakter mereka masing-masing, seperti musik, fesyen, seni, budaya, dan lain-lain,” cetus Adrian.

Untuk sekedar dipahami, hutan gambut butuh waktu ribuan tahun untuk tumbuh hingga akhirnya mampu menutupi lahan. Sehingga, tak ada pilihan lain selain menyelamatkan dan menjaga hutan demi untuk keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri akibat perubahan iklim. RMU dalam kaitan ini punya kampanye khusus bagi anak muda, yaitu Journey to Zero yang bisa dilihat pada laman resmi Instagram mereka, @katinganmentayaproject, agar bisa bersama-sama berupaya mengurangi emisi karbon.

Perlu komunikasi yang intens untuk saling memberdayakan antar pihak untuk menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan termasuk hutan gambut yang pada akhirnya akan kembali menjaga kelestarian kehidupan manusia.

banner