Jakarta, MajalahCSR.id – Dalam upaya untuk terus mengembangkan Program Mizuiku di Indonesia, Suntory Garuda Beverage (SGB) meluncurkan modul Mizuiku Outdoor Class. Modul pembelajaran pelestarian air bersih dan lingkungan terbaru dari Mizuiku ini mengajak anak-anak belajar di luar kelas, berinteraksi langsung dengan alam sehingga memperoleh pengalaman nyata yang unik untuk membangun kesadaran terhadap pentingnya menjaga air bersih dan melestarikan lingkungan secara keseluruhan.
Pada tahun 2023 ini, Mizuiku mentargetkan untuk memberi edukasi kepada 25.000 anak, dari 100-120 sekolah Adiwiyata di delapan (8) area di Indonesia, termasuk Jakarta, Bogor, Tangerang, Sidoarjo, Pati, Banjarbaru, Gowa, dan tahun ini untuk pertama kalinya Mizuiku akan masuk di Pekanbaru.
Namun, menimbang berbagai kesulitan di lapangan, tingkat minat belajar dan tantangan belajar di luar kelas yang berbeda dengan di dalam kelas, maka pada tahun ini Mizuiku akan memberikan kesempatan terbatas bagi siswa-siswa terpilih untuk modul Mizuiku Outdoor Class. Pelaksanaan tahun ini akan dikaji lebih lanjut untuk pengembangan di masa mendatang.
Cukup banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat dari belajar di luar kelas. Anak-anak lebih sehat dan belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan. Secara akademis, juga terbukti secara ilmiah, belajar di luar kelas efektif untuk mata pelajaran matematika, akan mengasah kemampuan anak untuk bercerita (story telling) dan tentunya akan meningkatkan kepedulian tentang pelestarian lingkungan. Tidak hanya akan meningkatkan kinerja siswa secara keseluruhan, namun juga akan memperkuat karakter anak seperti kemandirian, kepercayaan diri, kreativitas, kemampuan mengambil keputusan dan mengatasi masalah, empati juga menjadi lebih baik.
Neeraj Kumar Goyal, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, PT Suntory Garuda Beverage, mengungkapkan bahwa proses pendidikan akan terus berkembang dan diperlukan inovasi dalam mendesain proses pembelajaran tersebut. Di sisi lain, implementasi modul belajar di luar kelas ini akan lebih sulit dari modul konvensional. Butuh persiapan lebih matang, perlu menimbang faktor keselamatan anak dan guru dalam beberapa kondisi, bahkan butuh dukungan biaya lebih besar.
“Namun hal ini tidak menyurutkan komitmen kami. Edukasi pelestarian air bersih dan lingkungan untuk anak-anak harus terus ditingkatkan agar benar-benar terbentuk generasi baru yang lebih peduli dengan air bersih dan lingkungan. Tahun ini, kami harap lebih dari 25.000 anak dari 100-120 sekolah Adiwiyata dapat mengikuti program Mizuiku,” tutur Goyal.
Goyal menambahkan, pihaknya menyusun modul Mizuiku Outdoor Class khusus untuk anak-anak di Indonesia menimbang situasi dan kondisi setiap negara berbeda-beda. Modul ini mempertimbangkan perspektif anak-anak Indonesia yang hidup di negara kepulauan, mengalami iklim tropis, kekayaan budaya melimpah, dan berbagai kondisi unik lainnya, yang dapat mempengaruhi cara berpikir anak-anak.
Program Mizuiku ini mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Hal ini disampaikan Cicilia Sulastri, Kepala Pusat Pengembangan Generasi LHK, KLHK. “Kami memberikan dukungan penuh atas inovasi program edukasi mengenai pelestarian air bersih dan lingkungan yang dilakukan Suntory Garuda Beverage (SGB) bagi anak-anak di Indonesia. Kami percaya, edukasi merupakan salah satu cara terbaik untuk melestarikan lingkungan kita, terutama ketika mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan alam dan lingkungan. Kami berharap, pelaksanaan Mizuiku Outdoor Class yang baru saja diluncurkan ini dapat bermanfaat lebih bagi anak-anak dan juga guru sekolah dasar (SD) dalam meningkatkan kesadaran cinta air bersih dan lingkungan.”
Dukungan juga diungkapkan oleh Zulkifri Anas, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Zulkifri menegaskan, kunci keberhasilan program pendidikan lingkungan juga bergantung kepada modul serta struktur pengajaran yang baik. Dengan adanya modul baru di luar kelas, diharapkan dapat memberikan insprirasi kepada para guru dalam mengajarkan topik pelestarian air bersih dan mengembangkan keterampilan anak-anak.
“Untuk jangka panjang, kemampuan guru yang semakin baik akan berpengaruh pada pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) di masa depan,” katanya.
Materi modul Mizuiku Outdoor Class telah disesuaikan dengan Program Mizuiku yang sudah berjalan dan mencakup empat fokus pembelajaran Mizuiku yaitu: Daur Air, Mencegah Pencemaran Air, Melakukan Konservasi Air dengan Menanam Pohon dan Menjaga Air Tetap Bersih dengan Memilah dan Mengolah Sampah.
Dalam penerapan Mizuiku Outdoor Class, beberapa hal penting yang disarankan tim Mizuiku untuk pelaksanaan di lapangan. Pertama-tama, keselamatan anak-anak dan guru harus menjadi prioritas. Meminimalkan resiko kecelakaan, ketersediaan P3K yang lengkap dan kemampuan mengatasi kondisi darurat adalah beberapa hal utama dalam pelaksanaan belajar di luar kelas.
Termasuk keamanan saat berinteraksi dengan alam dan menghadapi situasi yang belum pernah dihadapi sebelumnya, seperti bertemu dengan lebah, ular, dan semut merah. Hal ini juga mengajarkan mereka untuk tidak takut, namun lebih menghargai keanekaragaman hayati yang mendukung konservasi air/siklus air secara keseluruhan.
Pertimbangan keamanan ini akan mendasari hal-hal penting lainnya, seperti penentuan lokasi belajar di luar kelas, denah lokasi, menentukan jam kegiatan termasuk durasi (disarankan maksimal 30-45 menit untuk anak-anak SD), topik pembelajaran hingga peralatan mengajar belajar. Modul Mizuiku Outdoor Class akan terus disempurnakan menimbang masukan dari semua pihak yang terlibat di lapangan.