banner
Karst Citatah di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan pegunungan kapur yang sangat bermanfaat menangkap karbon,, namun terancam punah oleh penambangan tak terkendali. Foto: SINDOphoto
Ragam

Microsoft Dorong Startup Tangkap Karbon dengan Batu Kapur  

256 views

Jakarta, MajalahCSR.id – Para ahli iklim mengungkapkan jika kita butuh menjaring 10% – 20% karbon di atmosfir untuk bisa menahan naiknya suhu pemanasan global tetap di bawah 1,5°C. Agar hal itu terjadi, para pelaku industri berupaya untuk menurunkan emisi mereka. Namun, beberapa di antaranya justru berusaha mengatasinya dengan metode menangkap karbon.

Salah satu startup yang melakukannya adalah Climeworks and Carbon Engineering. Mereka menggunakan kipas khusus dan masif untuk menyedot karbon keluar dari atmosfir. Namun yang paling menarik adalah apa yang dilakukan startup bernama Heirloom dari AS. Perusahaan baru ini segera menuai simpati dari banyak warga, dengan metode yang digunakan untuk menangkap karbon. Heirloom memakai batu kapur (limestone) untuk menjaring CO2 di atmosfir sebelum menyimpannya ke dalam tanah.  

Batu kapur punya kemampuan alami untuk menyerap CO2 dalam jumlah yang banyak. Heirloom memanaskan batu kapur hingga hancur menjadi bubuk. Bubuk kapur yang “lapar” karbon ini lantas disimpan di udara luar ruang dan dibiarkan terekspos. Dengan demikian, bubuk tersebut dengan segera “menyantap” CO2 yang ada di udara. Proses penyerapan CO2 ini hanya berlangsung dalam hitungan hari. Sangat efektif dibandingkan cara lain yang memakan waktu hingga bertahun-tahun.

“Kita perlu secepatnya menyingkirkan miliaran ton karbon dioksida di udara. Hal ini tentu membutuhkan banyak perusahaan, banyak cara pendekatan unutk dilibatkan,” tutur Shashank Samala, CEO Heirloom, seperti yang disampaikan media CNBC. “Kami pada dasarnya memberi daya lebih pada batu kapur agar lebih banyak dan lebih cepat menarik masuk CO2 tersebut.”

Ongkos metode yang dilakukan oleh Heirloom ini terhitung sangat murah. Sebenarnya ada pendekatan cara-cara lainnya, namun biayanya mahal. Akibat bujet yang dibutuhkan relatif enteng, jadi menarik minat investor mitra, termasuk raksasa software, Microsoft.

“Kami mengetahui bahwa Heirloom melakukan pendekatan mineralisasi yang lebih maju, serta material yang digunakan mudah ditemui di mana saja untuk teknologi pengaturan aliran udara pasif. Hal ini berarti penemuan metode ini berpotensi untuk menggabungkan biaya yang murah serta efektivitas hasil yang menjadi peluang bagi industri,” kata Brandon Middaugh, Direktur Pendanaan Inovasi Iklim Microsoft.

Selain Microsoft, ada perusahaan lain yang menyatakan ketertarikannya dan turut terlibat dalam pendanaan, termasuk Ahren Innovation Capital, dan Breakthrough Energy Ventures. Yang tak kalah penting adalah bagaimana upaya ini mendapat dukungan dari para pemimpin negara. Jika dunia tengah berupaya melawan perubahan iklim, para pemimpin negara pun haruslah terlibat dalam beragam solusi.

banner