banner
Binish Desai dan Produk Batu Bata dari Limbah Maskr dan APD. Foto : The Hindu/Andrea Steffen
Ragam

Pengusaha Muda Ini Desain Batu Bata Superkuat dari Limbah Masker

1288 views

MajalahCSR.id – Tren ekonomi sirkular kini makin marak di berbagai belahan dunia. Salah satunya kisah ekonomi sirkular entrepreneur muda dari India, Binish Desai. Desai bahkan dijuluki sebagai “Waste Warior” (Pahlawan Limbah) dan “India’s Recycle Man” (Manusia Daur Ulang India). Kepopularan Desai memang sangat beralasan. Sedari siswa sekolah dia dikenal dengan ide penemuannya berbahan limbah.

Di usia 10 tahun Desai sudah mendapat inspirasi permen karet yang bisa mengeras sekuat batu. Mengutip Intelligentliving, Hal terjadi ini usai dirinya dijahili teman sekolahnya dengan permen karet bekas yang menempel di celana. Dari peristiwa itu dia lantas terpikir membuat batu dari limbah permen karet. Bahkan Desai kecil bercita-cita suatu saat akan membuat bahan bangunan murah dari sampah permen karet dan limbah kertas untuk membantu warga miskin membangun rumah yang layak.

Dua dekade setelahnya, Desai benar-benar melakukan sejumlah penemuan, termasuk batu bata P-Block di tahun 2010 yang terbuat dari limbah permen karet dan kertas. Dia mengalami jatuh bangun membangun perusahaan hingga akhirnya membangun pusat pemberdayaan perempuan bersama istrinya, demi mendorong kemajuan warga sekitar.

Perusahaannya kini fokus pada pengolahan limbah menjadi produk bermanfaat. Ada sekitar 106 jenis limbah yang diolah menjadi 180 produk. Upayanya itu bahkan membuat majalah Forbes memasukkannya ke dalam daftar “30 under 30” tahun 2018 sebagai pengusaha sosial terkemuka atau social entrepreneurs yang paling berhasil.

Kini dia dalam misi daur ulang baru yang terinspirasi limbah baru yang muncul di masa pandemi COVID-19, alat pelindung diri (APD) termasuk masker.  

“Awalnya orang-orang berkata situasi lockdown yang membantu mengurangi polusi, namun di pikiran saya malah mengkhawatirkan peningkatan permintaan APD dan masker (yang berujung limbah),” katanya.

Sejak April 2020, dia mempelajari cara mengubah limbah masker wajah menjadi batu bata kini perusahaannya, Eco Eclectic Technologies di Gujarat, India, mulai mengomersialkan produk temuannya itu.

“Proyek ini sudah diiklankan merujuk pada produk batu bata sebelumnya, P-Block, namun kini kami membuat varian baru versi 2.0,” cetus Desai.

Varian baru, Brick 2.0, disebut lebih kuat dan lebih durabel. Tiga kali lebih kuat dari batu bata biasa, dua kali lebih besar, dengan harga setengahnya. Selain itu lebih tahan api, dapat didaur ulang, dan hanya menyerap 10% air.

Awalnya, dia mengumpulkan limbah masker dari keluarganya dan mempelajari susunan bahannya.  

“Aku menempatkannya dalam disinfektan selama 2 hari sebelum memulai. Lalu mencampurkannya dengan bahan perekat khusus di labku,” terangnya. Untuk mengecek kekuatan produknya, Desai menguji prototipe dan mencari kombinasi formula rekatan yang pas. Untuk batu bata ini, rasionya adalah 52% limbah APD, 45% limbah kertas, dan 3% perekat.

Setelah formula ditemukan, dia lantas membuat wadah limbah untuk menampung APD bekas. Dia mengontak pemerintah setempat, perusahaan daerah, mulai dari kota Valsad dan Surat. Desai juga bekerja sama dengan mall, salon, rumah sakit swasta, untuk mengambil limbah APD.  

Dalam proses pengolahannya, limbah APD akan dibiarkan selama 72 jam dalam wadah limbah. Setelah itu, limbah dicuci dalam bak disinfektan. Limbah ini disebutnya lebih mudah diolah dibanding limbah sejenis seperti diaper dan sarung tangan operasi.

Tahap selanjutnya, campuran formula dibiarkan selama 5 – 6 jam sebelum dilakukan proses pencetakkan. Setelah itu dikeringkan secara alami selama 3 hari lalu digunakan.

Meskipun produksi massal dilakukan pada medio September depan, Desai mengaku, para ahli desain interior dan arsitek sudah banyak yang memesan produk Brick 2.0.

banner