banner
Webinar Filantropi Indonesia Klaster Pendidikan yang Bertajuk Berbagi Praktik Baik yang Mengupas Soal Pendidikan Anak Usia Dini. Foto : Filantropi Indonesia/Istimewa
Berita

Perlunya Intervensi Penunjang Belajar pada Anak Usia Dini yang Berpengaruh pada Hasil Belajar

741 views

MajalahCSR.id – Menurut UNICEF, 85% dari total keseluruhan perkembangan otak anak tercapai pada usia 6 tahun. Fakta ini menambah pentingnya intervensi terhadap anak usia dini yang disinyalir nantinya akan berpengaruh pada capaian pembelajaran, kesehatan, serta tingkah laku anak di kemudian hari.

Hal ini pun seyogyanya mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia khususnya Kemendikbudristek mengingat skor PISA (Program for International Student Assessment) siswa Indonesia yang masih jauh di bawah dibanding dengan negara-negara tetangga. Riset dari Filantropi Indonesia dan Tanoto Foundation menemukan bahwa meskipun banyak reformasi di bidang pendidikan pada dua dekade terakhir, termasuk peningkatan pendanaan baik oleh pemerintah maupun swasta, kualitas dari pembelajaran belum mengalami kemajuan yang signifikan.

Fakta ini terungkap dalam webinar Filantropi Indonesia klaster Pendidikan yang bertajuk “Berbagi Praktik Baik”, beberapa waktu lalu. Tanoto Foundation (TF) selaku koordinator klaster bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI), dan Ishk Tolaram Foundation memaparkan hasil telaah pentingnya intervensi pada anak usia dini terhadap capaian pembelajaran siswa.

Tema ini diusung bersamaan dengan diterbitkannya hasil studi yang dikeluarkan atas kolaborasi FI dan TF yang menemukan bahwa pola pengasuhan, akses dan partisipasi anak dalam PAUD adalah beberapa di antara faktor yang berdampak pada hasil pembelajaran siswa terutama di daerah 3T (tertinggal terdepan, terluar). Melliana Layuk selaku Zonal Education Specialist WVI mengutarakan beberapa tantangan yang dihadapi di lapangan akan rendahnya kualitas pendidikan anak usia dini di Indonesia terutama di daerah 3T.

Kapasitas tutor PAUD, kondisi sarana dan prasarana, akreditasi dan ijin operasional, serta terbatasnya kemampuan stimulasi dan pengasuhan orang tua membuat perkembangan anak usia dini masih jauh di bawah angka optimal. Melalui program Pengasuhan Dengan Cinta (PDC), WVI membangun sebuah sarana dukungan terhadap keluarga untuk memahami pola pengasuhan yang baik dengan tujuan membentuk spiritualitas dan meningkatkan kesejahteraan anak. Melihat pentingnya peranan keluarga inti akan tumbuh kembangnya sang anak, PDC ini berfokus pada optimalisasi pengasuhan dari rumah mulai dari kesehatan, belajar, hingga ibadah.

Sementara itu, Head of Early Childhood Education and Development, Tanoto Foundation, Eddy Henry menjelaskan program SIGAP yang diinisiasi pihaknya. Menurutnya tujuan SIGAP adalah membantu pemerintah untuk mencapai angka prevalensi stunting di bawah 20%.

“Tanoto Foundation melaksanakan program melalui metodologi kolaborasi dengan pemerintah setempat, serta meningkatkan kualitas fasilitas publik yang ada seperti Posyandu, PAUD, RPTRA. Ada pun Rumah Anak Sigap telah hadir di tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Banten,” jelas Eddy.

Sejauh ini, imbuhnya, program telah terbukti meningkatkan kapasitas orang tua dan fasilitator PAUD untuk menjadi lebih kompeten dalam membimbing dan menanggapi perkembangan anak baik di rumah maupun di sekolah.

banner