banner
Lukisan Prasejarah Tertua di Gua Leang Tedongnge, Maros Pangkep, Sulawesi Selatan. Foto : AFP/Maxime Aubert/Griffith University/AFP
Berita

Perubahan Iklim Ancam Lukisan Prasejarah di Gua Sulawesi

670 views

MajalahCSR.id – Lukisan tangan seekor babi hutan – diperkirakan berusia 45.500 tahun – yang ditemukan di gua Leang Tedongnge di Kota Maros, Sulawesi Selatan kini terancam eksistensinya karena perubahan iklim. Fakta miris nasib lukisan tertua di dunia itu dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature.

.Jill Huntley dan rekannya dari Place, Evolution and Rock Art Heritage Unit di Universitas Griffith, Australia, menggelar riset yang berfokus pada kawasan batu kapur yang disebut Maros-Pangkep. Dari penelusuran berdasarkan tes kadar uranium, lukisan tersebut adalah lukisan seni pra sejarah paling tua yang pernah ditemukan. Sebagai catatan tambahan, selain di Maros Pangkep, terdapat 300 gua lain di dunia yang memiliki lukisan pra sejarah di dindingnya. Obyek lukisannya mulai dari manusia, hewan, sampai proses berburu.

Mengutip Inhabitat, lukisan gua di berbagai lokasi di dunia mulai terancam eksistensinya oleh cuaca ekstrim, serta perubahan musim antara hujan monsoon dan kemarau. Selain itu, garam yang terbentuk di permukaan dinding gua menyebabkan lukisan itu terkelupas. Seperti diketahui proses haloclasty (pelapukan embun beku), pengkristalan garam meretakkan permukaan batu sehingga merusak lukisan tersebut menjadi serpihan.  

Sulawesi termasuk salah satu wilayah yang rentan oleh perubahan iklim. Sulawesi adalah pulau terbesar dalam konteks biogeografi yang disebut Wallacea, yang berada di antara laut dan kepulauan Australia dan Indonesia. Sulawesi sudah lama didiami sejak jaman pra sejarah, terbukti dari lukisan yang ada di gua. Mereka diperkirakan menggunakan buah mulberry untuk warna merah dan mineral jingga untuk warna kuning kecoklatan pada lukisan. Lukisan gua ini sangat produktif, karena para ahli menemukan banyak lukisan gua lain di Sulawesi tiap tahunnya.

Sayangnya, keberadaan seni dalam gua tersebut makin terancam. “Pertumbuhan garam di 11 situs Maros Pangkep, bersamaan dengan perkiraan pemanasan suhu global antara 1,5 hingga 2°C yang memicu cuaca ekstrim, berdampak buruk pada konservasi warisan seni di berbagai belahan dunia,” tulis narasi riset. “Selain industri penambangan semen dan marmer, pemanasan global adalah ancaman tambahan terhadap perlindungan bebatuan kuno berharga yang masih ada di Sulawesi dan daerah lain di Indonesia.”

banner