banner
Ilustrasi Veles. Foto : Zack DeZon
Berita

Perusahaan ini Bikin Produk Pembersih dari Limbah Makanan

1372 views

Jika diperhatikan, pembersih rumah biasanya berbentuk cairan. Ya, produk pembersih yang ditemui di berbagai pusat penjualan biasanya berbentuk cairan karena lebih mudah dan efektif dalam membasmi noda, debu, dan kotoran. Menurut data Ellen McArthur Foundation, dominasi produk cairan pembersih setidaknya presentasenya mencapai 90% dibanding bentuk lainnya.

Mungkin tak banyak yang tahu, pembersih rumah dan limbah makanan ternyata punya kesamaan. Ternyata limbah makanan rata-rata mengandung kadar air hingga 75%. Hal ini diungkapkan Amanda Weeks, CEO dan pendiri Ambrosia, sebuah perusahaan penanganan limbah atau dikenal dengan istilah “industri organik”.

Fakta limbah makanan banyak mengandung kadar air, membuat Ambrosia mempertanyakan: produk  apa yang bisa dibuat dari air hasil ekstraksi limbah makanan?

Seperti dilansir dari greenbiz, setelah melalui beragam riset, Ambrosia akhirnya mengkreasikan sebuah produk pembersih.  Kandungannya terdiri dari 97% air, asam, dan alkohol dari limbah makanan. Pada musim panas 2017, penemuan ini memberi pencerahan bagi Amanda dan timnya untuk terus mengembangkan penemuannya untuk produk pembersih yang diberi nama Veles

Selama 2 tahun, mulai Februari 2018, Ambrosia terus menyempurnakan Veles, hingga di Februari ini merilis produknya. Ini merupakan hasil upaya keras Ambrosia untuk menjadi solusi terhadap masalah penanganan limbah, terutama limbah rumah tangga.

“Hal (memproduksi pembersih berbasis limbah makanan) ini merupakan salah satu model bisnis kami,”jelas Amanda Weeks. Ambrosia yang dipimpinnya merupakan perusahaan yang membawahi beberapa unit usaha lain, mulai manajemen sampah, termasuk sejumlah pengembangan produk.

Pada awalnya, tujuan pendirian Ambrosia untuk mendaur ulang sampah makanan di kota, memakai ruangan yang tak besar, cepat prosesnya, dan tanpa bau. Usai menangani isu tersebut, perusahaan merencanakan hal lain.   

Amanda menilai, industri pengelolaan limbah pertumbuhannya masih lambat. Melihat hal ini, Ambrosia berupaya terus melakukan riset bisnis terhadap pengelolaan limbah tersebut. Targetnya untuk bisa mengembangkan lebi banyak produk yang dihasilkan dari limbah makanan.

“Anda tidak bisa mengembangkan bisnis pengolahan limbah yang berkelanjutan, tanpa memprehatikan pasar yang reliable,” tegas Amanda. Jadi, selain berupaya menangani limbah dengan mengolahnya, Ambrosia pun memastikan agar produk hasil risetnya bisa diterima pasar.

Sebelum memproduksi Veles, perusahaan sempat mempertimbangkan pupuk sebagai produk hasil pengolahan limbah. Namun, peluang pasarnya ternyata lebih sulit. Setelah dipertimbangkan, produk pembersih rumah ternyata lebih reliable. Untuk produk ini, Ambrosia sudah mengantongi 4 juta dolar. Selain berbahankan limbah daur ulang, pengemasan produk pun mendapat perhatian. Ambrosia lebih mengedepankan kemasan produk yang dapat diisi ulang dibanding sekali pakai. 

Selain pendekatan lingkungan dan ekonomi, Ambrosia pun pada praktiknya melakukan pendekatan sosial. Maksudnya, saat memproduksi Veles, perusahaan berupaya mendapatkan bahan baku limbah dari lokasi yang terdekat. Contohnya, pabrik pengolahan Ambrosia di negara bagian New Jersey,  bahan baku limbahnya diambil dari kantor, restoran, dan supermarket di Kota New York.

Sirkular ekonomi tak hanya menghasilkan nilai ekonomi bagi pelakunya. Namun selain itu ada pengurangan limbah yang berdampak pada turunnya gas metan dan juga emisi karbon. Ambrosia adalah salah satu contoh nyata, dimana ekonomi sirkular dapat dilakukan, dan memberikan dampak positif ke sejumlah aspek: ekonomi, lingkungan, dan sosial.

banner