MajalahCSR.id – Para ilmuwan di Plymouth Marine Laboratory (PML) belum lama ini menggelar serangkaian percobaan terhadap hewan kerang remis (kepah) yang berpotensi bisa membersihkan mikroplastik di lautan.
Remis adalah mahluk yang menarik. Alat penyaring sekaligus tempat masuk makanan kerang-kerangan ini tak pernah berhenti bekerja. Alhasil, remis bisa melakukan hal yang menakjubkan, yaitu mampu menyedot mikroplastik berukuran lebih kecil dari 5 milimeter. Remis mendapatkan makanan dengan cara menyaring air laut. Makanan utamanya adalah plankton dan nutrisi renik. Bila ada partikel lain yang masuk seperti mikroplastik, maka sistem pencernaan akan mengeluarkannya tanpa mencederai hewan lunak ini.
Polusi mikroplastik berasal dari aneka limbah, termasuk pakaian, pecahan puing plastik, limbah tekstil sintetis, dan masih banyak lagi. Bagaimanapun, sebagian besar limbah tadi terbawa oleh aliran sungai dan selokan hingga berakhir di laut. Ukurannya yang sangat kecil sehingga memerlukan jaring mikro yang kuat untuk menyaringnya dari air laut. Hanya saja dampaknya, hewan laut kecil menjadi turut terambil dan mengancam kehidupan mereka.
Dikutip dari Intelligentliving, tim dari PML dalam misi melihat sejauh mana keberadaan remis ini bisa berdampak pada polusi mikroplastik di laut. Menurut EPA, seekor remis dewasa dapat menyaring 15 galon air per hari. Sementara kumpulan remis sejauh 6 mil bisa menyaring 25 ton partikel per tahun.
Awal tahun ini, PML mulai menguji seberapa efektif remis menyingkirkan mikroplastik dari air laut menggunakan desain saluran tanki khusus di mana mengandung phytoplankton dan mikroplastik. Hasil eksperimen ini memperlihatkan 300 remis (seberat 5 kg) dapat menyaring lebih dari 250.000 mikroplastik dalam satu jam! Proyek ini didanai oleh Waitrose ‘Plan Plastic’, sebuah program hibah untuk solusi pembersihan plastik.
Professor Pennie Lindeque, Kepala Ilmu Sains Ekologi Kelautan dan Keragaman Hayati mengatakan, “Pengujian sejauh ini memiliki hasil yang sangat menjanjikan, sehingga kami sangat bersemangat mengetahui hasilnya yang berdampak positif terhadap wilayah estuari (badan air setengah tertutup di wilayah pesisir dari sungai yang mengalir ke laut terbuka). Terutama di tempat-tempat di mana mikroplastik terakumulasi seperti marina, pelabuhan, atau dekat pengolahan limbah air.”
Beruntungnya, nano plastik dapat juga bisa melewati membran remis dan anatomi lain mahluk ini. Pada saat yang bersamaan, mikroplastik pun turut terhisap masuk tanpa melukai tubuh remis. “Riset yang menarik karena kami selalu berharap bahwa remis dapat menyerap mikroplastik, mereka bahkan melakukannya dengan sangat baik tanpa perlu menyiksa diri mereka sendiri,” imbuh Lindeque.
Sejauh ini, hasil percobaan sangat sukses, dengan kesimpulan, remis biru mampu menyingkirkan mikroplastik dari air laut. Mikroplastik itu pada akhirnya keluar melalui partikel kotoran. Sebagai tambahan, pengujian pun menyingkapkan fakta: kotoran remis yang mengandung zat plastik dengan cepat mengapung di permukaan air laut. Fakta ini merupakan kabar baik. Artinya, kotoran remis yang mengandung mikroplastik tersebut lebih mudah dibersihkan daripada memakai jaring mikro yang punya dampak buruk. Hal ini juga menegaskan, penggunaan remis bisa lebih efektif membersihkan air laut dari mikroplastik.
Sebelumnya, pada November 2019, sebuah riset lain yang dipublikasikan di Limnology and Oceanography Letters, menyatakan, dari setiap 1.000 liter air laut atau setara 264 galon, mengandung 8,3 juta mini mikroplastik di dalamnya. Jumlah mikroplastik yang demikian banyak.