banner
Ilustrasi desa wisata. Foto : Istimewa
Liputan

Sampoerna Berdayakan Desa Wisata sebagai Pijakan Pemulihan Sektor Pariwisata Nasional

1174 views

MajalahCSR.id – Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi. Meski sebelumnya sektor ini tengah digenjot serta sosialisasi ekonomi berbasis pariwisata di tingkat desa dengan konsep desa wisata atau homestay semakin marak, sektor parwisata terpaksa harus menahan napas akibat situasi Covid-19.

Dengan kondisi yang kian membaik dan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah, sektor pariwisata pun perlahan dapat kembali bergeliat.

Meski demikian, masih banyak pelaku pariwisata termasuk desa wisata yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk swasta, khususnya selama pandemi yang telah menurunkan daya tarik wisata dan berdampak pada perekonomian yang bergantung pada pariwisata.

Inilah salah satu upaya yang dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui payung program Sampoerna Untuk Indonesia di bawah pilar Pengembangan UMKM. Bekerja sama dengan Yayasan Rumah Kita Sidoarjo (YRKS), Sampoerna memberikan dukungan untuk pengembangan program desa wisata di beberapa desa, seperti pada empat desa di Jawa Timur, yaitu Desa Kendalbulur Tulungagung, Desa Penanggal Lumajang, Desa Sukosari Kidul Bondowoso, dan Desa Cendono Pasuruan.

Di keempat desa tersebut, Sampoerna bersama YRKS terlibat penuh dalam program Klinik Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) 2021 – Pengembangan Desa Wisata Berbasis BUMDesa, yang merupakan kelanjutan dari program serupa pada tahun sebelumnya.

Program Klinik BUMDesa 2021 ini diawali dengan pelatihan pengembangan desa wisata berbasis BUMDesa. Peserta pelatihan mendapatkan materi tentang pembuatan rencana kerja, bisnis, tata  kelola pengunjung, regulasi, legalitas hingga standar CHSE (Cleanliness – Health – Safety – Environment Sustainability). Terlebih, CHSE sebagai jaminan standar kebersihan, diharapkan dapat memberikan ketenangan bagi calon wisatawan di tengah kondisi pandemi.

Melalui kegiatan ini, ada tiga sasaran yang dituju, yaitu mengembangkan kapasitas manajerial pengelolaan BUMDesa wisata, mengembangkan inovasi produk dan pemasaran BUMDesa pariwisata berbasis digital, serta memberdayakan UMKM yang mendukung potensi wisata.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Abdul Halim Iskandar menyatakan bahwa pengembangan desa wisata dapat memiliki efek pengganda turunan pada setiap industri yang terlibat; dari pengembangan melalui mekanisme Padat Karya Tunai Desa hingga pengelolaan yang terstruktur oleh BUMDesa, maka pengembangan desa wisata dapat mempercepat pertumbu han ekonomi di desa.

Menurut Kepala Urusan Eksternal Sampoerna, Ishak Danuningrat, desa wisata telah menjadi sentra baru perputaran ekonomi masyarakat terutama di masa pandemi.

“Optimalisasi potensi desa dalam program desa wisata menunjukkan adanya penyerapan tenaga kerja, pemberdayaan warga sekitar, serta bangkitnya UMKM yang ada di masyarakat. Hal itu secara langsung meningkatkan pendapatan masyarakat lokal yang akhirnya mendorong roda perekonomian,” ungkap Ishak.

Seperti disampaikan oleh Sanari, Kepala Desa Cendono, pendampingan yang didukung penuh oleh Sampoerna dan YRKS tersebut membawa dampak positif bagi perekonomian setempat.  

“Pendampingan dari Klinik BUMDesa membawa warna baru di Desa Wisata Coban goa Jalmo di Desa Cendono. Jumlah pengunjung harian meningkat, pendapatan juga meningkat, dan semoga kami dapat berkontribusi lebih bagi kesejahteraan masyarakat Desa Cendono ke depannya serta menjadi kebanggaan Kabupaten Pasuruan,” ujar Sanari.

Pendampingan dilengkapi dengan promosi Desa Wisata. Salah satunya melalui festival bertajuk “Festival Wisata Desa”, di mana pengelola program mempertemukan pelaku usaha desa wisata, pelaku UKM, dan penggiat media sosial. Terdapat beragam kegiatan atau produk unggulan seperti seni, budaya, kuliner, dan lainnya dari masing-masing desa.

banner