Jakarta – MajalahCSR.id – Mikroplastik. Dari nama saja rasanya mudah untuk mengenali benda satu ini. Mikroplastik adalah bagian terkecil dari plastik, berukuran kurang dari 5 milimiter sehingga tak kasat mata. Mikroplastik bisa terserak di mana saja, di darat, bahkan di dalam makanan, hingga mengapung di perairan. Meskipun mikroplastik secara sains belum benar-benar terbukti berbahaya bagi tubuh, namun para ilmuwan menyerukan agar mewaspadainya.
Di sisi lain, material plastik memiliki banyak keunggulan yang tak dimiliki material lain, seperti fleksibel, murah, awet, serba guna, tak berdaya hantar listrik, dan masih banyak lagi. Tak heran, kita tak bisa lepas darinya yang akhirnya jadi salah satu penyumbang masalah bagi lingkungan terkait limbah.
Di sekeliling kita, ada produk yang tanpa kita sadari mengandung mikroplastik yang bagian terkecil dari material plastik. Keberadaan mereka tersembunyi di balik barang-barang ini. Apa saja itu?
Pakaian
Setiap kali kita mencuci pakaian, ini seperti halnya melimpahi saluran dan sumber air dengan manik-manik super kecil. Hal ini karena pakaian umumnya terbuat dari material sintetis, yaitu plastik dari bahan dasar minyak bumi. Jadi setiap kali busana kita dicuci, baik itu di rumah atau di jasa laundri, mikroplastik akan terlepas menuju saluran air, lalu sungai, hingga akhirnya bermuara di laut.
Jadi alangkah bijaknya apabila mengganti bahan sintentis busana seperti fleece, poliester, akrilik, nilon, dan lainnya dengan bahan yang lebih alami seperti katun organik, bambu, atau rami.
Produk toilet
Sabun muka, sabun mandi, pasta gigi dan produk kebersihan personal lainnya biasanya mengandung polyethylene (PE), polypropylene (PP), polyethylene terephthalate (PET), polymethyl methacrylate (PMMA) and nylon (PA). Penambahan material ini ternyata bisa menurunkan harga produk, dan di beberapa negara sudah melarang penggunaannya dengan alasan dampak buruk yang ditimbulkan.
Kantung teh
Meskipun anda benar-benar penikmat teh sejati, tetapi setiap kali menyeduh teh celup, sejatinya anda turut menyeduh mikroplastik yang terkandung di dalamnya. Boleh jadi anda memilih teh celup kemasan luarnya tak berplastik, tetapi kantung teh celup sendiri memiliki lapisan pelindung dari poli-etilen.
Permen karet
Dalam bentuk aslinya, permen karet terbuat dari bahan alami, yaitu dari getah pohon sawo. Namun ternyata hanya masalah waktu saat material plastik menjadi bahan campuran gula-gula ini. Produsen mulai mencampur mikroplastik agar permen tersebut lebih kenyal dengan biaya yang murah. Tentu saja di label tak akan tertera material ini. Jadi coba perhatikan kata “gum base”, dan beralih ke produk yang lebih ramah dan alami di daftar bahannya.
Cangkir kopi sekali pakai
Kadangkala kita melihat cangkir kopi sekali pakai di kedai-kedai kopi modern seakan terbuat dari kertas. Namun, agar kopi atau minuman berbasis air lainnya tak merembes ke luar, maka dibutuhkan lapisan plastik sebagai penyekat. Alhasil, produk ini adalah salah satu penambah masalah limbah mikroplastik yang mencemari/ lingkungan.
Garam laut atau sea salt
Garam laut berbeda dengan garam dapur yang lebih halus. Garam laut bertekstur cenderung lebih kasar. Konsumsi garam laut diyakini sangat bermanfaat pada beberapa hal. Seperti untuk kesehatan kulit dan mencegah peradangan, mencegah kram otot, serta menjaga kualitas tidur. Namun beberapa tahun lalu, sebuah studi mengungkap jika 90% produk sea salt ini ternyata mengandung mikroplastik. Satu alasan lain agar kita mencegah laut terpapar dari plastik.
Makanan dan minuman kaleng
Anda setiap kali melihat botol plastik minuman biasanya menemukan kalimat “BPA Free” atau bebas BPA. Hal ini karena maslah plastik menjadi persoalan kesehatan usai banyak studi menyebut dampak buruk plastik resin pada sistem endokrin tubuh. Namun di antara wadah produk minuman terbuat dari kaleng alumunium. Salah satunya adalah produsen minuman karbonisasi. Dikatakan bahwa perlu menambahkan BPA pada kaleng minuman agar soda tidak menggerus lapisan alumuniumnya. Oleh karena itu, beberapa produsen tak lagi menggunakan material alumunium.
Namun memang tak terbantahkan jika setidaknya setengah dari produk minuman di dunia ini, masih mengandalkan kemasan kaleng. Meskipun beberapa diantaranya menggunakan lapisan besi tipis alih-alih kaleng.
Tutup kaleng untuk stoples
Tak semua stoples kaca untuk makanan (seperti kue kering atau selai roti) punya tutup yang juga terbuat dari kaca. Beberapa di antaranya bertutup kaleng yang berarti kemungkinan mengandung BPA seperti dijelaskan sebelumnya. Beberapa produsen memang tak lagi memakai kaleng sebagai penutup karena menemukan material pengganti, namun masih banyak yang tetap menggunakannya (dengan tambahan BPA) dengan alasan menekan ongkos produksi dan melindungi tutup kaleng dari karat dan korosi.
Glitter
Anda penyuka glitter? Material yang biasa digunakan untuk kosmetika ini merupakan produk plastik. Anda mungkin bisa menghindari membelinya dalam kemasan botol. Tetapi glitter juga menjadi campuran kosmetika, dan kartu ucapan yang visualisasinya menarik perhatian. Jangan lupa pada manik-manik dan perhiasan tiruan yang berkerlap-kerlip yang nyata-nyata terbuat dari plastik dan tak lagi bermaterial kayu atau logam.