MajalahCSR.id – Limbah adalah musuh lingkungan yang juga mengancam ekosistem manusia. Alih-alih dimusuhi, seniman asal Amerika, John Sabraw memanfaatkan limbah tambang yang mencemari aliran sungai di tenggara Ohio, Amerika, jadi produk yang “nyeni”.
Sabraw bergabung dengan sejumlah seniman, teknisi, dan komunitas peduli lingkungan saling membahu membersihkan kawasan aliran sungai yang tercemari limbah pasca operasional tambang batu bara. Warna air sungai tersebut berubah kuning pekat akibat endapan oksidan besi dari sisa pembuangan limbah tambang batu bara.
Sungai Polusi
Pada 2007 lalu, Sabraw, seorang seniman sekaligus professor di Universitas Ohio, mulai bergabung dengan kelompok lokal pecinta lingkungan. Kelompok pecinta lingkungan itu bernama Kanawha yang bersama-sama mengawasi daerah tenggara Ohio. Saat itulah Sabraw menemukan fakta menyedihkan, dimana banyak aliran sungai setempat berbau menyengat karena tercemar limbah berwarna kuning pekat.
“Ini mengandung unsur oksidan besi, kandungan logam berat yang mencemari sungai,” ungkap Sabraw pada inhabitat. “Warna-warna alam yang biasanya aku pakai di studio berasal dari oksidan besi. Jadi, kuambil (dari sungai yang tercemar) untuk pekerjaanku di studio. (Oksidan besi dari limbah) ini sebenarnya kali pertama buatku memanfaatkannya menjadi pewarna lukisan.”
Profesor lain dari universitas yang sama, Guy Riefler pun memanfaatkkan limbah ini. Riefler yang merupakan insinyur lingkungan mengubah oksidan besi dari pembuangan tambang menjadi tinta campuran warna lukisan. Sabraw dan Riefler pun bekerja sama dalam satu proyek: menciptakan produk pewarna sekaligus membersihkan aliran sungai tersebut dari limbah. Sebuah upaya win-win solution.
Jadi sebenarnya darimana awal mula oksidan besi ini muncul? “Kandungan logam berat ini berasal dari bekas tambang batu bara yang pasca aktivitasnya tak dikelola dengan baik,” jelas Sabraw. Saat hujan turun, air melarutkan tanah bekas area tambang yang mengandung logam berat lalu keluar ke permukaan mencemari habitat perairan. Menurutnya, tak cuma di Ohio saja, masih banyak tambang-tambang “nakal” lainnya di seluruh dunia.
“Di sisi lain, kehidupan di air sangat sensitif terpengaruh kadar keasaman atau pH. Mahluk air umumnya hanya bertahan di perairan dengan pH 7, namun air yang tercemar tersebut memiliki pH mulai 2 hingga 4 saja. Sulit mahluk hidup untuk bertahan,” kata Sabraw prihatin. Sinar matahari turut memperparah kandungan massa logam berat yang menyebabkan limbah makin mengental.
Menyelamatkan Kehidupan Air
Itu sebabnya proyek yang dilakukan Sabraw dan teman-teman itu sangat krusial. Upaya mereka menghilangkan limbah besi oksidan dari sungai agar kehidupan perairan seperti ikan-ikan muncul kembali. Sabraw dan timnya lantas mendatangi sungai Appalachian untuk mengangkat kandungan oksidan besi dan mengubahnya menjadi produk yang bermanfaat. Tim mengambil endapan yang mengandung oksidan besi dari sungai, mencuci dan memurnikannya sebelum menetralkan kandungan asam. Hasilnya, produk oksidan besi yang mencapai kemurnian 98%. Setelahnya, oksidan besi dipanaskan dalam suhu ekstrim untuk menghilangkan partikel lain yang masih ada. Alhasil, polutan air sungai pun sedikit demi sedikit mulai berkurang.
Sabraw dan tim berharap, aksi mereka itu bisa mengembalikan habitat kehidupan di sungai, sehingga sungai pun menjadi tempat rekreasi keluarga serta kegiatan memancing ikan. Aksi Sabraw dan kawan-kawan bahkan menarik perhatian dunia internasional.
Sabraw memanfaatkan zat pewarna dari oksidan besi pada sejumlah karyanya. Visualisasi karyanya pun sangat memesona dengan pola warna memutar dalam bentuk lingkaran. Terlepas dari pencemaran sungai sebagai inspirasinya, Sabraw menyebut melakukan pendekatan pola pikir keberlanjutan dalam karyanya. Hasil lukisannya seolah memperlihatkan banyak elemen di planet ini yang sebenarnya saling simultan menciptakan “citarasa keajaiban, keterbukaan, dan juga misteri serta beragam pertanyaan yang butuh jawaban”.