Pengelolaan sampah bisa dibilang susah-susah gampang. Meskipun terkesan sepele karena hasil dari aktivitas keseharian, tak demikian dengan pengelolaannya.
Sampah tak lagi sekedar masalah lokal, tapi sudah jadi persoalan global. Bahkan sudah sangat mendesak untuk ditangani secara serius. Menurut data Dinas LH DKI Jakarta, demonstrasi mahasiswa pada Senin (30/9/2019) di seputaran kota Jakarta, menghasilkan tumpukan dengan total volume 90 meter kubik sampah atau seberat 20,2 ton.
Salah satu solusi penanganan sampah adalah cara mengkomunikasikannya ke khalayak. Dari sinilah peran seorang Public Relations (PR) amat diperlukan.
Hal ini menjadi pokok pembahasan para praktisi PR lewat acara Kopi Darat PR Rembuk ke 3 yang bertemakan Program Inovatif Pengelolaan Sampah di auditorium kantor pusat PT Pegadaian Persero, Kramat Raya, Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar, yang hadir sebagai pembicara menyatakan, persoalan sampah (terutama plastik) kini tak lagi soal masalah teknis dan struktural namun sudah ada di dimensi kultural dan sosial. ada 3 pendekatan dalam pengelolaan sampah. Yang pertama adalah perilaku minim sampah (waste less). Artinya penanganan masalah sampah bisa dimulai dari perubahan perilaku yang membatasi, mencegah, atau mengurangi timbulnya sampah. Contoh tindakan yang paling sederhana dari hal ini adalah membawa kantong belanjaan sendiri, menghindari pemakaian sedotan plastik, membawa tumbler, atau memakai kertas bolak balik.
Kedua adalah circular economy. Mengenai circular economy, sampah bisa dimanfaatkan agar bernilai ekonomis, sehingga residu sampah bisa dikurangi karena sebagian dimanfaatkan menjadi produk baru. Contoh lainnya adalah bank sampah.
Terakhir adalah pelayanan dan pendekatan teknologi. Dalam konteks ini, pemerintah yang berperan. “Ini merupakan pendekatan lama, dimana masyarakat membuang sampah di tempatnya,lalu pemerintah yang mengangkut sampah tersebut,” ucap Novrizal. Pemerintah daerah diupayakan agar meningkat kapasitas pengolahan sampahnya, sehingga sampah bisa diolah menjadi bioenergy, biomass, kompos dan lain sebagainya.
Sementara, pakar dan praktisi dan konsultan senior public relations, Maria Wongsonagoro, perlu strategi komunikasi bagi seorang PR untuk menangani soal sampah. Strategi ini mulai dari identifikasi SWOT, hingga eksekusi pelaksanaan strategi dan juga evaluasi. Tentunya semua itu perlu ditetapkan lebih dulu tujuan yang akan dicapai.
“Menetapkan langkah-langkah yang akan diambil, dan menggunakan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan tersebut,” terang wanita kelahiran 11 Juli 1947 dan masih enerjik ini. Hal yang digarisbawahi Maria adalah soal persepsi masyarakat. Untuk mengubah perilaku masyarakat harus ada pemetaan persepsi mereka, termasuk pemetaan seluruh stakeholder yang terkait dalam mencapai tujuan.
Selain dua pembicara tersebut, hadir pula 3 pembicara lain, yaitu Head Corporate Communication PT Astra International Tbk, Boy Kelana Soebroto, Vice President PR PT PLN (Persero), Dwi Suryo Abdullah, dan President Indonesia Solid Waste Associaton (InSWA), Sri Bebassari.
Kopi Darat PR Rembuk merupakan kegiatan pertemuan rutin para praktisi PR yang diinisasi oleh PR Indonesia. Pertemuan tersebut menjadi ajang berbagi pengalaman bagi para praktisi PR dalam menghadapi isu-isu hangat yang terkait dunia ke-PR-an.