MajalahCSR.id – Cerita laut yang tercemar limbah plastik memang tak ada habisnya. Namun seiring dengan itu, banyak pula orang, lembaga, bahkan perusahaan yang mendedikasikan dirinya untuk mengurai masalah limbah tersebut. Salah satunya startup yang bermarkas di Kolombia, Amerika Selatan. Conceptos Plasticos yang didirikan oleh Fernando Llanos dan arsitek Oscar Mendez jadi sorotan usai mengubah limbah plastik yang mencemari laut jadi bahan bangunan yang amat bermanfaat. Tak hanya plastik, mereka pun mengambil limbah karet yang juga menjadi produk balok bangunan.
Seperti halnya di belahan dunia lain, limbah plastik jadi masalah pelik di Kolombia. Setiap hari negara penghasil kopi terbesar kedua di dunia ini menghasilkan 740 ton limbah plastik. Padahal dibutuhkan waktu sedikitnya 300 tahun untuk satu item limbah plastik agar bisa mulai terurai.
“Tujuan dari Conceptos Plasticos adalah menjawab permasalahan yang berbeda yang terjadi di masyarakat saat ini, selagi berkontribusi dalam mengurangi polusi limbah plastik di lingkungan dan dampaknya pada pemanasan global,” ujar Ricardo Rico, bisnis manajer Conceptos Plasticos seperti dikutip dari Intelligentliving, Selasa (1/6/2022).

Pembangunan infrastruktur pendidikan oleh Conceptos Plasticos yang bekerja sama dengan UNICEF. Foto : Conceptos Plasticos via Intelligentiving
Startup tersebut turut mendorong para pelaku daur ulang di Kolombia bahkan di seluruh dunia guna terlibat dalam aksi pengurangan limbah plastik. Perusahaan menggunakan plastik yang sulit didaur ulang dalam memproduksi bahan dinding bangunan yang mirip LEGO. Setiap jenis plastik yang dipakai untuk balok bangunan masing-masing berkualitas spesifik, sehingga dapat dibuat variasi produk dari kombinasi plastik yang berbeda.
Selain bervariasi balok bangunan ini juga mudah disusun juga, alhasil sangat mudah dalam mengaplikasikannya. Terlebih lagi, material ini disebut punya banyak keunggulan lain, seperti lebih kuat dibandingkan bahan bangunan standar, tahan panas, tahan gempa, dan tahan api.
Conceptos Plasticos dalam pengembangan produk ekonomi sirkular ini bekerja sama dengan UNICEF untuk membangun ruang kelas belajar bagi anak-anak. Abobacar Kampo, perwakilan dari UNICEF pun memberikan apresiasinya atas kerja sama ini.
“Proyek ini lebih dari sekedar pengelolaan limbah dan pembangunan infrastruktur pendidikan. Ini adalah sebuah fungsi metafora, sebuah tantangan solusi berkelanjututan dari limbah plastik yang diubah jadi balok material bangunan untuk generasi anak-anak di masa depan,” cetusnya.