MajalahCSR.id – Bagi kalangan pecinta dunia fesyen dan selebritas mungkin tak asing dengan istilah Met Gala. Met Gala merupakan acara tahunan “gala dinner” yang glamor dan digelar sejak 1948 silam. Mereka yang hadir merupakan pesohor, pelaku, pemerhati fesyen, selebritas dunia peran dan hiburan yang berkumpul untuk menggalang dana yang akan disumbangkan pada lembaga tertentu.
Seperti halnya acara besar resmi lain, para tamu undangan akan disambut dengan bentangan karpet merah di tempat acara. Ada yang berbeda dengan pelaksanaan Met Gala (kependekkan dari Metropolitan Museum of Art’s Costume Institute Gala) di tahun 2021 ini. Mereka yang hadir akan disuguhi oleh menu makanan yang sepenuhnya vegan.
Melansir Inhabitat, sepuluh koki kenamaan New York menjadi nakoda dari sajian menu-menu istimewa tersebut. Selain pemilihan menu yang baru, pelaksanaan acara pun berubah takk seperti biasanya. Met Gala adalah acara tahunan penggalangan dana yang biasanya berlangsung pada awal bulan Mei. Namun, seperti halnya acara lain yang mengalami penundaan akibat pandemi, maka di tahun ini, gelaran ini dijadwalkan akan berlangsung pada 13 September mendatang.
Sepuluh koki atau chef itu langsung dipilih oleh koki kawakan Marcus Samuelsson unutk menyajikan beragam menu olahan yang berasal dari bahan nabati. Mereka adalah Fariyal Abdullahi, Nasim Alikhani, Emma Bengtsson, Lazarus Lynch, Junghyun Park, Erik Ramirez, Thomas Raquel, Sophia Roe, Simone Tong dan Fabian von Hauske.
“Kami pikir sungguh penting untuk membicarakan apa yang terjadi sekarang – bagaimana makanan bisa mengubah Amerika,” kata Samuelsson kepada Bon Appetit. “Kami ingin menjadi bagian dari masa depan makanan untuk Amerika. Masalah ini yang sekarang terjadi.” Para koki yang terlibat pun berencana lebih memopularkan menu makanan nabati dengan membagi resep mereka lewat Instagram media fesyen kenamaan, Vogue.
Keputusan untuk lebih mengedepankan bahan nabati dalam menu Met Gala mendapat sambutan positif dari organisasi pecinta satwa dan hak-hak satwa dunia, PETA. Organisasi ini berharap, keputusan ini tak hanya sebatas makanan saja, melainkan juga pada bahan busana yang tak lagi memakai material yang mengeksploitasi hewan seperti kulit, wol, bulu, dan lainnya.
Material hewani memang memiliki kadar emisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan nabati. Hal ini berlaku untuk bahan makanan dan kebutuhan lainnya seperti material busana. Emisi yang timbul berasal dari aktivitas peternakan hingga proses pengolahannya terutama bagi kebutuhan non pangan.